Setelah Covid-19, Apakah Thailand Tetap Menarik ?

by

Catatan : Teddy Mihelde Yamin. (Direktur Eksekutif Cikini Studi)

Teddy Yamin.

COVID-19 dampaknya kemana-mana, tak hanya sebatas kesehatan, tetapi ke berbagai sektor usaha, bahkan mampu memerosotkan perekonomian suatu negara. Diantara sektor yang pertama kali terdampak Covid adalah pariwisata. Selanjutnya bicara pariwisata, ada baiknya kita merujuk negara yang selama ini paling stabil dan unik adalah Thailand. Gejolak politik macam apapun di negeri berbentuk kerajaan ini, nyatanya tak banyak mempengaruhi pariwisatanya. Kebetulan pernah lama bertugas di negara ini, saya mencoba mencatatkan tentang pariwisatanya.

Adalah fakta bahwa Thailand dan Indonesia berada dalam zona waktu yang sama yakni GMT+7. Tapi tahukah Anda, banyak hal yang membedakan Thailand dengan Indonesia?
Selain ikan, buah-buahan yang jumbo, pasar bersih, tidak ada tukang parkir ilegal, dan jarang macet. Tentunya kedua negara ini memiliki perbedaan dalam aspek budaya dan juga gaya hidup sehari-hari. Hal ini tentunya juga memengaruhi aspek pariwisata di kedua negara ini.

Nyatanya, terlepas dari kenyataan bahwa Thailand secara luas tidak lebih besar dari Indonesia, pariwisata di negara gajah putih tersebut nyatanya lebih unggul dari Indonesia. Yang paling terkenal di Thailand tentunya ‘wisata Bangkok’, yang merupakan Ibu kota negara tersebut, tak kalah dengan itu Indonesia juga memiliki banyak tempat wisata yang terbentang dari Sabang sampe Merauke.

Lalu, mengapa negara ini bisa memiliki perbedaan yang pesat dalam menarik wisatawan? Ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan/perbedaan jika dibandingkan dengan Indonesia, diantaranya:
1. Makanan
2. Transportasi
3. Keamanan
4. Kesehatan dan lingkungan
5. Kemasan
6. Dukungan pihak lain selain pemerintah

Terlalu panjang kalau diterangkan detail satu persatu, tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa beberapa perbedaan tersebut yang justru menjadi dasar dalam menentukan tujuannya berwisata. Pertimbangan awal yang menarik minat wisatawan menyiapkan waktu berlibur dan membelanjakan uangnya ke negara ini.

Kalau saya bicara majunya wisatawan Bangkok, sayangnya seringkali suksesnya di-labeli ‘stereotip’ miring, karena hiburan malam. Padahal tak sepenuhnya benar. Saya coba singgung sedikit, hal yang terkait dengan ‘Kemasan’. Bagaimana mereka menjual ‘massage’ (pijat) ala Thailand yang begitu terkenal. Karena hal ini yang menjadi ‘icon’. Walau sebenarnya Jakarta, Bali atau kota lainnya di Indonesia tak kalah banyak juga. Pijat Thai, dikatakan oleh pemandu wisata bahwa dulunya merupakan ilmu rahasia yang hanya untuk kaum bangsawan di Kerajaan Thailand sehingga wisatawan tertarik untuk mencoba namun ternyata tidak ada yang luar biasa. Selebihnya jika ada ekses atau penyimpangan, sebagian diantaranya disengaja karena ‘faktor semesta yang mendukung’ untuk mendukung kebutuhan wisatawan yang beragam.

Sama sekali tidak mengherankan, di berbagai sudut kota, ada banyak stand-stand untuk pijat wajah, refleksi kaki, dan pijat seluruh tubuh dengan patokan harga dari 100 Bath hingga 500 Bath.

Bukan hanya wisatawan dari Amerika atau Eropa, tak sedikit pula pelancong yang berasal dari daerah ASEAN sendiri baik laki-laki maupun perempuan, menikmati layan pijat ala Thailand di ruangan yang nampak seperti salon kecantikan tersebut untuk relaksasi dan menghapus penat setelah hampir seharian jalan-jalan dan berkeliling ke berbagai tempat wisata di Thailand.

Cara mereka mengemas obyek wisata yang mereka miliki memang unggul, misalnya dalam salah satu wisata Bangkok, turis diajak mendatangi toko yang menjual batu permata dan perhiasan, namun sebelumnya pengunjung terlebih dahulu diajak melihat replika penambangan batu mulia ratusan tahun silam, cara tradisional mengolah perhiasan serta sejarahnya melalui sebuah kereta serta lokasi penambangan buatan.

Pada kesempatan lain, mereka juga mengajak turis asing untuk berbelanja makanan dan souvenir dari atas perahu. Yang begitu dikunjungi ternyata nggak lebih suatu kampung di tengah rawa, seperti kampung yang sedang direndam banjir. Floating market ‘Damnernsaduak’ ini sebenarnya bukan tempat yang istimewa, tetapi ada ‘sensasi’ di sana.

Thailand saat ini mencatat kunjungan wisatawan mencapai 35 juta orang, dengan pendapatan 45 miliar dollar US atau 20 persen PDB nya dari bidang pariwisata. Pariwisata menyumbang sekitar 12 persen dari ekonomi Thailand

Bangkok, menyisihkan Paris dan London sebagai destinasi wisata paling populer di dunia pada tahun ini, menurut sebuah survei yang dirilis pada hari Rabu (22/5/2020).

Bangkok dinobatkan sebagai kota yang paling banyak dikunjungi turis mancanegara selama empat tahun berturut-turut, dengan kedatangan sekitar 22,8 juta orang yang dilaporkan dalam peringkat tahunan oleh MasterCard Inc.

Paris dan London berada di peringkat kedua dan ketiga, masing-masing dengan sekitar 19,1 juta kedatangan turis mancanegara, disusul oleh Dubai dengan 15,9 juta.

Kota-kota Asia Tenggara lainnya, Singapura dan Kuala Lumpur berada di peringkat keempat dan kelima, berdasarkan penelitian pihak ketiga, analisis kepemilikan, dan data publik di 200 kota dunia.

New York, Istanbul, Tokyo, dan Antalya, Turki, berada di peringkat 10 besar.

Sementara itu Bali menempati posisi ke-19, di bawah Palma de Mallorca (Spanyol) dan di atas Hong Kong.
Sedangkan secara keseluruhan Indonesia menurut data terakhir 2019 berada si urutan 4 di Asia Tenggara dengan pencapaian : 15,810,305, Diurutan ke dua Malaysia : 25,832,354 disusul ketiga Singapore : 18,508,302 .

Salah satu keunikan pariwisata Thailand ialah bisa tetap stabil meskipun di negara tersebut dilanda permasalahan seperti politik dan bencana alam. Tetapi bagaimana kini dengan covid? Apakah mereka tetap bisa menyiasatinya? Apakah dengan masker dan mengatur jarak tetap menarik bagi wisatawan pergi ke Bangkok, Pattaya, Phuket dan lainnya?

Begaimana dengan Indonesia? Jika sebelumnya di tangan Arief Yahya menjabat Menteri Pariwisata dianggap sukses menaikkan jumlah wisatawan, sayang harus dilengserkan, tapi bagaimana dengan Wishnutama yang mempunyai background televisi ? Mari kita lihat……***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *