BERITABUANA.CO, GRESIK – Tidak semuanya orang dapat dipercaya, namun bukan berarti harus tidak mempercayai semua orang. Terpenting adalah mengerti yang semesti dan seharusnya dilakukan. Apalagi dalam hal perbantuan untuk masyarakat lebih banyak, harus ekstra teliti dan mengetahui benar apa yang mesti diberikan perbantuan.
SKK Migas – Petronas Indonesia, misalnya. Kewajibannya mengeluarkan dana bantuan untuk program Pengabdian Pada Masyarakat (PPM), tidak serta merta digelontorkan begitu saja. Petronas memiliki tolok ukur sendiri yang pas dan sekiranya memang dibutuhkan untuk kemajuan penduduk daerah yang menjadi binaannya dan berguna pada nantinya untuk masyarakat banyak.
Di dua daerah, yakni Desa Sukomulyo dan Desa Sidorukun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, SKK Migas – Petronas menurunkan program PPM. Di dua tempat ini Petronas mengucurkan dana melalui program UMKM. Di Sukomulyo berupa makanan, minuman, kesehatan, dan mewagian ruangan. Sedang di Manyar Sidorukun, program pengrajin batik.
Pada kesempatan itu, Septiana Dewi, Corporate Comunication Manager Petronas Indonesia, didampingi Kepala Desa Sukomulyo, Subiyanto, dan Lili Kusmiati, Sekretaris Desa, sekaligus sebagai menjabat Ketua Umum Ekonomi Kreatif, berbagai hal yang sudah dicapai dari program PPM Petronas.
Misal, kata Septiana, menyediakan berbagai kebutuhan peralatan, dan menjadikannya tempat yang nyaman bagi para pekerja yang terdiri dari Ibu-ibu PKK menjalankan aktivitasnya membuat berbagai produk seperti, Minuman Telas yang menyegarkan dan menyehatkan, makanan Cicip Khas Gresik, makanan yang ‘maknyos’, Suga Tea, minuman teh untuk kesegaran, Sukga Arima, minyak terapi yang harum, serta minyak pengharum ruangan untuk di dalam mobil.
“Kita tidak ikut dalam pembuatannya. Tapi kita bantu mereka untuk pengetahuannya. Kita kirim ke bina pendidikan yang dikelola Dinkes dan lainnya. Terus kita ikuti sampai semua kebutuhan tempat,” aku Septiana.
Hasilnya, kata Septiana, bisa dilihat sendiri dan ditanyakan langsung kepada mereka. Intinya, Petronas suport terus. Mereka tinggal bilang, membutuhkan apa, tim Petronas akan langsung datang untuk rembuk membahas itu semua.
Kades Sukomulyo, Subiyanto yang mendampingi Septiana membenarkan itu. Menurutnya, kerjasama dengan Petronas, bukan baru, tapi sudah dari tahun 2018, melalui Universitas Trunojoyo Madura (UTM), tapi tidak jalan.
Berlanjut tahun 2021 dan seterusnya sampai tahun sekarang ini, sudah banyak menghasilkan. “Kita dimasukan pendidikan, diikutsertakan lomba-lomba, pameran dan lainnya. Hasilnya, produk-produk kita sudah laku dijual dan bersaing di pasaran. Bahkan satu produk kita ‘Sukga Tea’, banyak dipuji orang. Ini pemujian terjadi dalam setiap pameran yang diikut Petronas pada kita,” aku Subiyanto.
“Kita juga pernah memegang juara 1 dalam hal pendidikan dan pemberdayaan lomba yang dilaksankan Pemprov Jatim,” tambah Lili, Ketua Kelompok Ekonomi Kreatif.
Nah, dari situlah, masih kata Lili, Petronas membuatkan tempat representatif buat kita lebih berkarya. Berikut sarana kerja dan lainnya. “Tempat berkarya kami kita beri nama ‘Rumah Kaca Wadas Gerung’. Tentu harapan kami akan terus mengembangkan produk-produk UMKM. Kami yakin pasti berhasil karena Petronas juga menginginkan kita maju. Petronas selalu respon dengan apa yang menjadi kebutuhan kita,” tutup Lili.

Produksi Batik Khas Gresik
Hal yang serupa juga dilakukan SKK Migas – Petronas pada rumah Batik Damar Rukun, di Desa Sidorukun, Kec. Manyar, Kabupaten Gresik. Lokasi batik asli Gresik dibuat, tidak terlalu berjauhan dengan Desa Sukomulyo. Di situ juga Petronas menjatuhkan pilihan dengan menyinggahinya dengan program PPM.
Di sini, jelas Septiana, pihaknya mengawali di Tahun 2022, memulai dengan tidak memiliki tempat. Memakai tempat sementara di balai desa. Meski seperti itu, ternyata para pengrajin yang ditunjuk oleh kepala desa (umumnya ibu-ibu), tidak menyerah dan terus memproduksi batik asli Gresik.
Kegigihan itu yang membuat suatu keberhasilan. Mulai memunculkan baik-baik asli karya para pengrajin yang terus berjuang. “Kami di Petronas terus membantu dengan memperkenalkan produk batik dengan mengikuti pameran-pameran, dan semacamnta, serta terus juga menyekolahkan mereka agar lebih mampu berkreatifitas. Hasilnya sangat luar biasa. Produk batik mulai dikenal luas sampai surabaya dan kota-kota lainnya,” jelas Septiana.

Seiring dari pengembangan batik itu, dan kebutuhan serta pemesanan meningkat, sebut Septiana, dibuatlah semacam galerry, agar mereka bisa lebih berkembang lagi. Karena mereka produksi selalu didampingi pendamping kelompok pembuat batik, Yusuf Rizal Hadi Purnomo.
Yusuf Rizal menjelaskan, ia fokus pada pelatihan untuk proses pewarnaan. Dari mulai proses awal membuat desain dan pembuatan cetakan atau cap.
Usai pelaksanaan pengecapan, selanjutnya proses pewarnaan. Proses selanjutnya adalah melakukan penguncian warna dengan water glass dan memasuki proses “melorot” dengan water glass juga.
“Nah, sedang cepat atau tidaknya jadi dan siap dijual, tergantung cuaca. Biasa sampai selesai itu 4 – hari. Itu juga tergantung cuaca. Jika cerah, maka proses penjemuran akan cepat dan banyak menyelasaikan. Tapi jika cuaca sebaliknya, ya harus bersabar,” kata Yusuf Rizal.
Saat ini, jelass Yusuf Rizal, semua pembatikan sudah beres. “Kita sudah sering ikut pameran. Hasilnya lumayan sudah tersebar di berbagai kota. Cuma untuk batik tulis yang belum buat. Belum ada tenaga ahlinya. Petronas masih terus berusaha mencari ahlinya, dan sekalian dapat melatih para pembatik yang ada,” katanya.
Petronas komitmen untuk memajukan pengrajin batik khas Gresik ini. “Petronas konsisten. Ada kesulitan atau hambatan yang perlu dibahas atau dibicarakan, hubungi mereka. Mereka selalu datang dan berembuk memberi masukan serta mencari jalan ke luarnya,” imbuhnya. (Kds)