“Tangan Dingin” Medco Menuntun Pemuda Sampang Jadi Peternak Bebek Petelur Berhasil 

by
Syaifullah, pemuda sampang peternak bebek petelur binaan Medco. (Foto: Kds)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Dibilang sulit, tidak juga terlalu sulit. Tapi dikatakan mudah, ya sama sekali tidak benar. Yang pas adalah pengetahuan ditopang dengan ketelitian, rajin, serta fokus dan serius memperhatikan hewan peliharaan bebek-bebek petelur itu.

Fokus, serius, dan utamanya adanya permodalan dan bimbingan itulah yang membuat Syaifullah, peternak muda, di Jalan Sejati, Dusun Karang Dalem, Kecamatan Camplong, Sampang,  menemukan titik cerah keberhasilan menjadi peternak bebek dengan menjual telur-telurnya.

Syaifullah mengaku keberhasilannya menjadi ternak petelur ini tidak lepas dari permodalan dan bimbingan yang diberikan SKK Migas KKKS Medco E & P melalui pembiayaan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM)

“Tampa modal dan bimbingan, saya tidak akan berhasil,” jelah Syaifullah.

Syaifullah menceritakan, dirinya berternak tidak diberi modal dalam bentuk uang. Tapi dikasih bebek petelur sebanyak 300 ekor. Bebek-bebek itu ia pelihara sudah 9 bulan, hingga bertelur dengan sendirinya, di 5 bulan.

Tentu tidak begitu saja bertelur. Ada prosesnya, sama saat dirinya mendapat membingin menjadi pengusaha telur selama 3 bulan oleh KKKS Medco.

Telur yang kita berhasil jual tidak langsung mencapai 300 butir/hari. Tapi dari mulai 70 butir/hari, dan terus meningkat sampai akhirnya saat ini (Juni 2025), mencapai 300 butir.

Begitu pun, aku Syaifullah, soal penjualan telur. Ia membagi dua dalam menjual telur. Telur original dan telur asin. “Antara telur original dan asin harganya berbeda,” jelas Syaifullah.

Telur original dijual ke pasar dengan  harga Rp 200 ribu. Pasar menjualnya kepada pembeli Rp 2.500 ribu. Sedang untuk telur asin mentan, Syaifullah menjualnya Rp 3.000, dan mateng (tinggal makan), Rp 4.500.

“Pasar menjual untuk yang mentah Rp 3.500 dan mateng Rp 5.000. Intinya ada kenaikan Rp 500 rupiah,” kata Syaifullah.

Syaifullah juga mengaku, keuntungan dia dari menjual telur sehari paling kecil Rp 50.000. Dan umumnya mendapat Rp 100.000. Ditotal per bulan, bisa sampai Rp 2.500.000 – 3.000.000. Dan ini tergantung dari keadaan pasaran.

“Kalau lagi turun, ya turun. Naik, ya naik. Yang menentukan naik turunnya Pasar Blitar. Itu pasar besar,” aku Syaifullah.

Syaifullah melanjutkan, bahwa dirinya belum cukup puas dengan sekarang ia lakukan dengan 300 ekor bebek dengan kandang ukuran sekitar 3,5 meter x 3,5 meter dengan bentuk bujur sangkar.

Calon pengusaha muda ini berkeinginan tambah jumlah bebek dan kandang. Dia perkirakan tanah yang masih dimilikinya bisa dibuat empat kandang lagi.

“Semoga saja berhasil. Saya sudah ajukan masih proses,” tutupnya sambil memberitahukan ada telur digantung di atas dengan tujuan nantinya telur akan semakin banyak.

“Gantung telur itu istilahnya mancing anak lah. Taruh satu telur yang kali pertama bebek peliharaan bertelur dalam piaraannya selama 5 bulan,” tutup Syaifullah. (Kds)