Jum’at Berkah KMI Capai Pekan ke-181, Edi Homadi: Tradisi Berbagi yang Menjadi Gerakan Nurani

by
Ketua KMI Edi Homaidi. (Foto: Ery)

BERITBUANA.CO, JAKARTA — Dalam suasana bangsa yang sering diwarnai riuh politik dan tarik-menarik kepentingan, sebuah gerakan akar rumput bernama Jum’at Berkah terus menebar kesejukan. Program sosial yang digagas oleh Kaukus Muda Indonesia (KMI) ini telah berjalan tanpa henti selama 181 minggu berturut-turut, menjelma menjadi oase spiritual dan sosial di tengah masyarakat urban yang kompleks.

Dimulai lebih dari tiga tahun lalu, gerakan ini berangkat dari semangat sederhana: berbagi kebaikan setiap hari Jum’at, hari yang dalam tradisi Islam diyakini sebagai waktu paling mulia dan penuh keberkahan. Namun seiring waktu, Jum’at Berkah berkembang bukan hanya sebagai kegiatan karitatif, melainkan gerakan moral yang merawat nilai-nilai kemanusiaan dan iman.

“Jum’at Berkah bukan sekadar membagikan nasi kotak atau sembako. Ini tentang merawat harapan, menyulam solidaritas, dan menghadirkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin—agama yang peduli dan menyejukkan,” ujar Ketua KMI Edi Homaidi, sekaligus penggerak aksi sosial Jumat Berkah itu.

Dengan melibatkan donatur, relawan, dan berbagai komunitas lokal, Edi Homaidi mengatakan kalau program ini rutin menjangkau masyarakat marjinal di sudut-sudut kota. “Dari tukang becak hingga pemulung, dari pekerja informal hingga lansia sendirian—mereka semua menjadi bagian dari lingkaran kebaikan yang terus meluas,” paparnya lagi.

Edi Homaidi pun menyebut Jum’at Berkah yang dilakukan KMI adalah sebagai “gerakan nurani,” bukan hanya program sosial biasa. Gerakan ini menjadi ruang refleksi bahwa agama tidak berhenti di mimbar khutbah atau sajadah, tetapi hadir nyata dalam senyum yang terukir dari tangan yang memberi.

Di tengah era yang sarat kompetisi dan individualisme, kehadiran Jum’at Berkah menjadi pengingat bahwa perubahan sosial bisa dimulai dari langkah kecil yang dijalankan secara konsisten—dengan niat ikhlas dan hati yang bersih.

“Selama masih ada satu tangan yang ingin memberi, akan selalu ada satu jiwa yang terselamatkan dari kesepian dan kekurangan,” tutup Edi Homaidi, juga eksponen Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu.

Dengan dukungan yang terus mengalir dari berbagai kalangan, KMI berharap gerakan ini tak hanya bertahan, tapi juga menginspirasi kota-kota lain untuk membangun tradisi serupa: menjadikan hari Jum’at sebagai momentum berbagi yang menumbuhkan iman dan rasa kemanusiaan. (Ery)