BERITABUANA.CO, DEPOK – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Depok Siti Barkah Hasanah atau akrab disapa Cing Ikah, mulai menggaungkan ketahanan pangan berbasis rumah tangga, melalui gerakan urban farming.
Istri Wali Kota Depok Supian Suri itu menyatakan, telah menyambangi 63 Kelurahan dan 11 Kecamatan di Depok, dalam rangka mensosialisasikan gerakan tersebut.
Ia mendorong agar setiap rumah memiliki minimal satu Tanaman Buah Dalam Pot (Tabulampot), sebagai simbol sekaligus solusi nyata atas krisis pangan dan stunting.
“Kami akan melaksanakan kegiatan ketahanan pangan. Karena bagaimanapun, ketahanan pangan harus dimulai dari rumah. Minimal, tiap rumah punya satu tabulampot,” tukasnya, Rabu (16/4/2025).
Gerakan tersebut, menurutnya bukan sekadar menanam di pekarangan. Ketahanan pangan bukan hanya soal pasokan bahan makanan, tapi juga soal kecukupan gizi, pola konsumsi, hingga kreativitas ibu rumah tangga dalam mengolah bahan pangan lokal yang melimpah.
“Perlu upaya kolektif, untuk memperkuat fondasi kesehatan masyarakat dari tingkat paling dasar, keluarga,” urai Cing Ikah.
Ia lantas mengemukakan, sebagai negara tropis, Indonesia dianugerahi kekayaan biodiversitas agraris yang luar biasa. Dari sagu hingga jagung, dari ubi hingga ketela, dari kacang-kacangan hingga ratusan jenis buah dan sayuran semua tersedia melimpah di tanah air Indonesia.
Sayangnya, kilahnya, ketergantungan terhadap beras masih mendominasi pola konsumsi keluarga. Di sinilah letak peran sentral seorang ibu, dalam mendiversifikasi makanan keluarga.
“Ibu-ibu, harus mulai kreatif. Pangan bukan hanya soal kenyang, tapi soal gizi. Kita punya lebih dari 100 jenis pangan karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah. Ini harus dioptimalkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Cing Ikah menekankan pemenuhan gizi anak di 1.000 hari pertama kehidupan, adalah kunci untuk memutus rantai stunting, yang masih jadi masalah kronis dan membayangi masa depan anak-anak Depok.
Katanya, lewat pemenuhan gizi yang seimbang dari hasil urban farming, keluarga bisa lebih mandiri secara pangan, sekaligus lebih hemat dan sehat.
Gerakan yang digagas Cing Ikah pun, terhubung langsung dengan peran PKK sebagai motor sosial yang kuat di tingkat akar rumput.
Dari Posyandu hingga Dekranasda, semua digerakkan dalam satu irama, memperkuat ketahanan keluarga. Karena sejatinya, pembangunan yang besar itu selalu dimulai dari dapur yang hangat, taman yang hijau, dan anak-anak yang tumbuh sehat.
Kini, tambahnya, tantangannya adalah konsistensi. Gerakan tersebut butuh lebih dari sekadar slogan atau proyek lima tahunan.
Cing Ikah memerlukan kerja kolaboratif antara pemerintah kota, PKK, komunitas dan tentu saja para ibu, yang menjadi aktor utama di garis depan.
Ketika tangan-tangan perempuan mulai bergerak dengan kesadaran kolektif akan pentingnya pangan dan gizi, paparnya, maka sejatinya mereka sedang membangun pertahanan kota dari dalam.
“Kota Depok, yang kerap dipandang sebagai kota urban dengan tantangan kepadatan dan kemiskinan tersembunyi, bisa menjelma menjadi kota mandiri yang kuat dari dalam berkat tangan perempuan,” tandasnya.
Cing Ikah telah memulai langkah itu. Kini, waktunya seluruh elemen bergerak bersama. Karena urusan ketahanan pangan bukan hanya urusan dapur, tapi urusan masa depan.
“Dan masa depan itu, sebagaimana sejarah telah berkali-kali membuktikan, selalu dimulai dari tangan seorang ibu,” pungkasnya. (Rki)