BERITABUANA.CO, JAKARTA – Berbicara di hadapan khalayak umum tidaklah mudah. Sebagian besar kalangan masyarakat merasa kesulitan atau bahkan tak mampu menyampaikan ide dan gagasannya, karena dilanda perasaan yang kerap disebut nervous atau ragu-ragu.
Namun bagi sebagian kalangan, karena sudah terbiasa, berbicara di depan umum sesuatu yang sangat mudah, bahkan untuk waktu yang cukup lama. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Banyak yang merasa sulit dan ada yang menilai mudah.
Karena keterampilan berbicara di depan itu sangat penting bagi siapapun, termasuk ibu-ibu, maka TBM Bukit Duri Bercerita menggelar acara dengan tema ‘Lokakarya Seni Berbicara di Depan Umum’, dalam kaitan kegiatan penguatan literasi di masyarakat. Kegiatan yang diikuti sekitar 50-an ibu-ibu berbagai usia, diadakan di TBM Bukit Duri Bercerita, Bukit Duri Tanjakan, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (27/10/2024) kemarin.
Antusiasme dan semangat tinggi diperlihatkan, bukan saja ibu-ibu muda, tapi ibu-ibu yang sudah berusia, saat pemateri yakni pendiri TBM Bukit Duri Bercerita, Safrudiningsih memberikan paparan ringkas dan mudah dimengerti. Mereka, para ibu-ibu, ingin punya kemampuan berbicara di muka umum yang dapat dipergunakan saat berkumpul arisan, pengajian, acara keluarga, maupun acara-acara diadakan warga kampung.
Pada paparannya, Safrudiningsih yang biasa disapa Kak Ning-Nong menjelaskan pentingnya para ibu mempunyai kemampuan berbicara di depan umum. Di dalam keluarga, kemampuan itu bisa diterapkan dalam pola pendidikan anak. Di luar, kemampuan berbicara di depan umum akan menambah kepercayaan diri ibu-ibu untuk menyampaikan sesuatu, baik ide maupun berbagai pikiran untuk kebaikan bersama.
“Jika ide dan usulan kita dalam suatu hal disampaikan secara jelas, tidak multi tafsir, maka orang akan dengan mudah memahami maksud kita. Dalam suatu forum, penyampaian ide atau gagasan yang jelas, pasti akan direspons dengan baik,” ujar Kak Ning-Nong.
Riang Gembira
Lokakarya berbicara di depan yang dikonsep sederhana dan memancing aktivitas peserta, sehingga ibu-ibu merasa berkumpul sesama rekan mereka, bukan mendengarkan ceramah serius.
Lalu, Kak Ning-Nong membagi peserta dalam enam kelompok dan masing-masing kelompok menamakan dirinya bebas sesuai kesepakatan kelompok. Maka, nama-nama unik dipilih oleh ibu-ibu, ada yang menamakan kelompoknya, lontong, ada Kelompok Sayur, Kelompok Buah, K elompok Teh Manis, Kelompok Wanita Mandiri dan sebagainya.
Setiap kelompok diberikan waktu sekitar 10 menit untuk merumuskan ide, gagasan tentang satu hal dan juga yel-yel kelompok. Suasana diskusi kelompok ala ibu-ibu kampung Bukit Duri Tanjakan,Tebet ini cukup seru, kelihatan sekali mereka ini ingin tampil sebagai kelompok terbaik.
Tiba giliran setiap kelompok tampil menunjukkan kebolehannya. Semangat kelompok terlihat, dan beberapa kelompok membuka penampilan dengan berpantun yang disambut gelak tawa peserta.
Mereka merasa ada di ‘panggung’ dan sangat percaya diri menyampaikan ide kelompoknya. Setiap kelompok tampil, tawa dan tepuk tangan peserta mengiringi mereka.
Pendiri dan sekaligus pengelola TBM Bukit Duri Bercerita, Kak Ning-Nong merasa surprises, sebab pemantik materinya yang sederhan, direspons sangat kreatif oleh ibu-ibu dalam setiap kelompok.
“Saya menilai, para ibu ibu butuh saluran untuk berbicara dan menyampaikan gagasan. Buktinya, forum lokakarya ini benar-benar dimanfaatkan mereka untuk ‘ngomong’ apa saja dan tanpa malu berani berbicara di hadapan rekannya,” ucapnya.
Lokakarya ini merupakan penutup rangkaian kegiatan penguatan literasi masyarakat yang sudah berlangsung selama satu bulan pada setiap Sabtu-Minggu sejak awal Oktober 2024.
Safrudiningsih atau Kak Ning-Nong mengucapkan terima kasih pada semua pihak terutama Badan Bahasa, Kemendikbudristek yang telah memberikan bantuan pada TBM di seluruh Indonesia, dan TBM Bukit Duri Bercerita, merupakan salah satu dari 340 komunitas penggerak literasi di Indonesia menerima bantuan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tersebut. (Ery)