Perjalanan Negeri ‘Cerutu’

by
Sabpri Piliang. (Foto: Dok)

KETIKA ‘tirani’ menjadi hukum. Pemberontakan adalah hak” (Simon Bolivar). Simon Bolivar (1783-1830) adalah, pejuang dan panglima militer kemerdekaan Amerika Selatan, dari penjajahan Spanyol. Bisa jadi, “penjajahan” itu dimulai, sejak pelaut Spanyol Christophorus Columbus dan Amerigo Vespuchi menemukan Amerika Selatan, tahun 1492.

Motivasi dan ‘leadership’ Bolivar, menjadikan Amerika Selatan membara simultan (serempak). Pemberontakan terjadi di mana-mana. Atas kepemimpinan Bolivar-lah: Peru, Ekuador, Panama, Bolivia, Kolombia, dan Venezuela merdeka ‘nyaris serentak’. Spanyol pun terusir . Orang-orang Amerika Selatan (Latin) menyebutnya “Perang Bolivar”.

Keberhasilan Simon Bolivar membebaskan Amerika Selatan, menjadikan dirinya sebagai “isme”, atau paham yang hidup, ketika kediktatoran atau penjajahan juga “hidup”. Paham atau “Isme” Bolivar, memiliki “benchmarking” yang kuat. “Isme” Bolivar tak mengenal gagal, tak mengenal kalah. Pasti, dan harus berhasil.

Saya belum ingin mengupas secara rinci tentang Simon Bolivar beserta “isme”nya. Ada aktualitas yang hampir terlupakan, yaitu peristiwa 26 Juli kemarin. Apa itu? Perjalanan kebebasan satu negara Amerika Selatan lainnya, Kuba.

Kuba yang saat itu diperintah oleh Rezim diktator Fulgencio Batista, sangat menyusahkan rakyat. Lalu, mengapa tanggal 26 Juli 1953 menjadi penting, bagi Negeri “Cerutu” ini? Itulah tanggal dimulainya pergerakan dan munculnya sikap revolusioner. Dua tahun kemudian (1955), dua tokoh utama Revolusi Kuba: Che Guevara dan Fidel Castro, sepakat bertemu di Mexico City (Ibukota Meksiko).

Tonggak 26 Juli 1953, 71 tahun lalu, adalah titik “angle” Castro dan Guevara. Untuk mengadopsi “isme” Bolivar, dengan memulai proses pengakhiran kekuasaan Presiden Kuba Fulgencio Batista. Mereka menyebutnya sebagai “Gerakan 26 Juli” (‘Moviento 26 De Julio; M-26-7).

Fidel Castro sangat mengandalkan Che Guevara. Guevara-lah ‘sang’ pemegang kunci keberhasilan “mengusir” Fulgencio Batista, empat tahun kemudian (1959). Perang gerilya “Gerakan 26 Juli”, telah membawa perubahan besar terhadap garis politik Kuba. Dari poros politik Fulgencio Batista kepada Amerika Serikat (AS), menjadi poros baru (tatanan baru), Castro-Uni Soviet yang komunis.

Sekadar “pleasure”, dalam film trilogi “Godfather”, sekuel 2 (1974), penampakan “approach” dan kedekatan Batista-AS terlihat nampak ‘jelas. Bagaimana tokoh fiksi mafia AS, Michael Corleone (Al Pacino) dan penasehatnya Tom Hagen (Robert Duvall), mengunjungi Kuba (1958), untuk pembicaraan bisnis di negeri cerutu ini. Corleone bertemu dengan pejabat Kuba selama di Kota Havana. Sejatinya, Fulgencio Batista, dalam beberapa literatur memang disebut-sebut berbisnis erat dengan kalangan mafia AS.

Serangan pertama gerilya kelompok Castro-Guevara 26 Juli 1953 ke barak militer Rezim diktator Fulgencio Batista, di Santiago de Cuba (Barak Morcada), gagal.

Ketidakdisiplinan para gerilyawan, membuat Castro-Guevara (1955) bertemu, untuk lebih siap lagi. Kedua sahabat ini, bertekad membentuk pasukan gerilya yang lebih disiplin.

Karena telah kehilangan banyak Komandan gerilyawan. Pemimpin gerilyawan dan Aktivis politik yang tersisa di Kuba, diminta untuk melakukan sabotase oleh Castro-Guevara: Armando Hart, Enrique Oltuski, Frank Pais.

Pergerakan Castro-Guevara makin mengundang simpati. Tahun 1958, perlawanan sipil diorganisir di kota-kota. Gerakan Castro-Guevara seperti bola salju, dan terus membesar. Kelas menengah (mapan), dan para profesional makin tertarik.

Berbagai kelompok “urban” tadi kemudian membentuk satu wadah, yang disebut “Junta Persatuan”, untuk menentang diktator Fulgencio Batista. Sementara, gerilya revolusioner Che Guevara-Fidel Castro juga bergerak makin kuat.

Persis, seperti kata Filosof dan Penulis Drama Romawi, Seneca (4 SM-65 SM), “tidak ada orang egois yang dapat hidup bahagia. Yang melakukan semua untuk keuntungan dirinya sendiri. Hiduplah untuk orang lain, bila ingin merasa hidup”.

Fulgencio Batista yang diktator, pun akhirnya rontok di tangan Fidel Castro dan Che Guevara (1959). Peristiwa 26 Juli 1953, menjadi sejarah perjalanan “sang Negeri Cerutu” hingga hari ini.

*Sabpri Piliang* – (Wartawan Senior/Anggota Dewan Kehormatan www.beritabuana.co