Potensi Wisata Alam Jasinga yang Belum Dilirik Pemerintah

by
by

Siapa tak kenal Kota Bogor, kota yang dikenal dengan kota hujannya.

Di Kota Bogor ini ada banyak sekali deretan tempat wisata menarik. Dari kulinernya juga wisata alamnya. Termasuk di Kecamatan Jasinga.

Perlu diketahui, Jasinga merupakan kecamatan di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat yang terletak di sebelah barat kota Bogor. Di Jasinga, banyak sekali menyuguhkan keindahan alam dengan suasana kesegaran udara yang jernih dan nyaman.

Namun sayang, keindahan dan kesegaran alam Jasingan belum terlalu dilirik oleh Pemerintah Kabupaten Bogor khususnya, untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata menarik selain kawasan Puncak.

Tak heran jika warga Jasinga terus merasa resah. Hingga kini wisata di Jasinga belum juga berkembang pesat. Persoalannya masalah sarana dan prasarana, pengeloaan hingga masalah akses jalan.

Akses jalan menuju ke tempat-tempat wisata yang ada di Jasinga saat ini masih terbilang cukup berbahaya. Jalan yang licin serta pencahayaan yang kurang memadai.

Karenanya, kondisi ini perlu dapat perhatian dari pemerintah setempat khusunya Pemerintah Kabupaten Bogor. Menyulap potensi wisata di Jasinga biar kian dilirik masyarakat membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kecamatan Jasinga Wida mengungkapkan bahwa Jasinga memiliki banyak sekali tempat wisata. Namun saat ini belum semua tempat wisata dibuka secara resmi sehingga masyarakat luar masih belum tahu soal Jasinga.

Untuk pemeliharaan tempat wisata nya juga masih belum dilakukan karena kecamatan tidak ada anggaran untuk hal itu.

“Kalau kecamatan tidak menganggarkan untuk desa-desa. Karena desa punya anggarannya sendiri, kemudian untuk pemeliharaannya, belum dilakukan selain karena belum aktif juga masih dalam pengembangan, belum pure dibuka karena akses nya masih perlu perbaikan,” terang Wida.

Jika ditelusuri, dari sekian banyak wisata yang ada di Jasinga hanya Situ Kadongdong yang memiliki akses jalan cukup mudah untuk dilalui. Wisata lainnya seperti Curug, Cadas Ngampar, hingga Liam Jeram memiliki rute yang terbilang sulit untuk dilalui.

Akibat banyaknya kebutuhan perbaikan serta akses jalan yang sulit menyebabkan hampir semua wisata di Jasinga sulit berkembang. Sejak awal tahun 2000-an hingga saat ini wisata–wisata Jasinga belum juga ada kemajuan yang signnifikan.

Karena itu, Wida berharap agar pemerintah bisa lebih punya perhatian terutama menyedian akses menuju ke lokasi wisata-wisata yang ada. Karena hal ini tentunya bisa membantu perekonomian desa dan juga membantu UMKM masyarakat desa.

“Agar Jasinga bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas, terutama mengenai potensi wisatanya. Hal ini juga bisa membantu perekonomian Jasinga,” ujar Wida.

Handri, yang merupakan Korlap Forum Pemuda Partika Info Jasinga Bogor, mengaku bahwa semua tempat wisata yang ada di Jasinga memiliki rute yang cukup sulit untuk dilalui.
Selain itu, semua wisata di Jasinga juga tidak pernah dibuka secara resmi, namun memang sudah ramai dikunjungi oleh warga lokal sejak awal tahun 2000-an.

“Sebenarnya, untuk diresmikan sih tidak pernah ya. Tapi, memang sudah di jadikan sebagai objek wisata atau tempat untuk berlibur oleh warga desa sejak awal tahun 2000-an. Kalau keinginan untuk berkembang dan di resmikan sebagai situs wisata sih memang ada ya, bahkan rencana itu sudah ada jauh sebelum adanya Covid-19. Tapi kan, balik lagi ke biaya. Rute nya sulit dilalui, jadi butuh biaya untuk perbaikan,” ungkap Handri.

Handri berharap agar dinas pariwisata mau melirik Kecamatan Jasinga dan membantu memperbaiki akses menuju ke tempat-tempat wisata. Karena untuk perbaikan jalan dan pembasmian pohon serta rumput-rumput liar di sekitar tempat wisata tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Saya sih berharapnya pemerintah lebih memperhatikan lagi ke daerah-daerah pelosok di banding yang di Kota,” harapnya.

Dikelola Mandiri

Sementara itu, Sekretaris Desa Kalongsawah Kecamatan Jasinga, Sugito menjelaskan bahwa saat ini semua pengelolaan masih dipegang masing-masing desa, belum dikelola Dinas Pariwisata.

“Untuk saat ini masih di kelola masing-masing desa saja, belum sampai ke dinas pariwisata,” ujarnya.

Masalah kebersihan dan juga pelestarian, semuanya berasal dari anggaran desa dan partisipasi dari masyarakat desa.

Uding, salah satu warga yang tinggal di sekitar tempat wisata Cadas Ngampar, mengaku pengunjung yang datang tidak seramai tempat-tempat wisata pada umumnya. Ramaipun hanya pada saat musim hujan oleh warga sekitar.

“Ini mah rame waktu musim hujan aja, kalau musim kemarau seperti sekarang sepi tidak ada yang datang. Itupun rame ya cuma sama warga-warga Jasinga aja, kalau orang luar jarang,” terang lelaki asal Jasinga tersebut.

Uding juga mengatakan bahwa pemeliharaan lingkungan dan kebersihan belum ada yang mengelola, sehingga warga desalah yang mengelola kebersihan di tempat wisata.

“Gimana ya, ini kan nggak ada yang kelola. Ya orang-orang kalau mau datang sok aja gratis. Kalau kebersihan mah itu kan kesadaran dari masing-masing pengunjung aja, paling kadang kalau ada sampah warga sini aja yang bersihin,” lanjutnya.

Senada disampaikan Handri. Dia mengaku untuk menjaga kebersihan belum ada yang mengelola. Terkadang dirinya harus terjun sendiri untuk membersikan sampah, dedaunan, hingga membersihkan tugu yang ada.

“Kalau saya datang ke sini, ya saya bersihin ini semuanya. Semalam juga saya bersih-bersih di tugu singa. Jadi ya semua kebersihan di kelola kita-kita aja,” sambung Korlap Forum Pemuda Partika tersebut.

Penulis : Naurah Sari N.K, Mahasiswa Prodi Komunikasi & Digital SV IPB University.