Meski Minim Penumpukan Barang Sebagai PTOS-M, MTI Tanjung Perak Terbesar Kedua Setelah Tnjung Priok

by
Ruang Integrated Planning & Control di Terminal Jamrud di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, serba digitalisasi mengontrol pergerakan arus barang yang masuk dan keluar pelabuhan. (Yus).

BERITABUANA.CO, SURABAYA – Terminal Jamrud, Mirah dan Terminal Nilam milik PT Multi Terminal Indonesia (MTI) anak usaha Pelindo, yang melayani bongkar muat kargo umum dan curah kering di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, memastikan minim penumpukan barang meski sebagai Pelindo Terminal Operating System Multipurpose (PTOS-M), namun berada di urutan kedua setelah Pelabuhan Tanjung Priok dalam menghandle barang serupa.

Branch Manager (BM) Terminal Jamrud, Nilam dan Terminal Mirah MTI, Muh Junaedhy menjawab pertanyaan beritabuana.co disela kunjungan Press Tour Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub) mengakui minim penumpukan barang muatan di (Terminal Jamrud), meskipun multi purpose, Rabu (26/6/2024).

Ia mengungkapkan, tingkat yard optimization ratio (YOR) yang merupakan parameter mengukur efisiensi penggunaan ruang atau lahan di pelabuhan tersebut juga saat ini rendah. “Kalau YOR ini masih rendah, karena sekarang orang ini cenderung ketika bongkar (barang) langsung dikirim ke gudang penerima,” ujar Junaedhy.

Menurutnya, efisiensi stavedoring (membongkar barang dari kapal ke dermaga) dan cargodoring (mengangkut dari dermaga ke gudang) dapat membantu mengurangi penumpukan barang dengan cara yang lebih teratur dan efisien.

Selain itu, terang Junaedhy, berth occupancy ratio (BOR) atau tingkat utilisasi (penggunaan) dermaga, yakni perbandingan antara waktu penggunaan dengan waktu tersedia mencapai sekitar 50 persen. “Angka itu masuk dalam kategori aman,” tandasnya

“BOR di sini (Terminal Jamrud) secara umum masih di bawah 50 persen, masih aman, dari tiga terminal, dari tiga terminal 50 persen BOR-nya, masih aman kalau dari BORnya,” ucapnya.

Junaedhy menyebutkan, arus bongkar muat untuk komoditas terbesar di Terminal Jamrud meliputi steel billet, steel coil, steel slab (lempengan baja), calcium carbonat, dan pupuk.

Ia menuturkan, komoditas tersebut mengalami peningkatan, tercatat sepanjang tahun 2023 sebanyak 2.779.850 ton. Data itu meningkat 8,4 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat 2.564.015 ton.

“Barang muatan yang paling banyak di sini salah satunya general kargo. Itu ada steel produk komoditi unggulan yang ada di Terminal Jamrud yang setiap tahun naik. Steel produk itu macam-macam, ada plate, wire rod, ada steel coil, ada slap. Jadi cukup banyak,” ungkap Junaedhy.

Dikatakan, selain steel produk di terminal tersebut juga tinggi untuk barang kargo curah yakni pupuk urea, gula, garam, termasuk jagung. “Kalau di (Terminal Mirah) itu cenderung barang kelontongan. Kemudian kalau di Terminal Nilam itu cenderung lebih banyak curah cair,” jelasnya.

“Terminal Jamrud berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa, terutama setelah melakukan transformasi layanan,” pungkas Junaedhy. (Yus)