Usai Ketua Dewan, Octori Gaspersz Memilih Kembali Bertani

by
Sebagai petani, mendapat kehormatan bertemu langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu. (Foto: ist)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Ditengah kebunnya seluas 2 Ha di Desa Noelbaki Kupang Tengah, Octori Gaspersz tampak menikmati kebahagiaannya, melihat para petani binaannya sedang memanen cabai yang memang sudah waktunya dipetik, dan akan dibawa ke pasar.

“Inilah pekerjaan saya sekarang, kembali menjadi petani, profesi yang tidak lekang oleh waktu,” tandas Octori Gaspersz dengan muka ceria saat ditemui Kamis
(28/12/2023).

Meskipun pernah menapaki karier puncak politik sebagai Ketua DPRD Kabupaten
Kupang pada periode 2009-2014, tapi kecintaan sebagai petani tidak pernah
hilang, yang berhasil membawanya melanglang buana ke beberapa negara dan
bertemu langsung Presiden RI serta beberapa pejabat di Pusat.

Terlahir dari keluarga petani, maka sejak kecil sudah bergumul dengan lumpur
sawah. Sehingga sangat paham bagaimana cara bercocok tanam yang baik, dan
memberikan hasil yang memuaskan.

Setamat dari SD St. Yosef Noelbaki, Octori melanjutkan pendidikannya di Kota
Kupang tepatnya di Sekolah Tehnik setara SMP dan STM jurusan Mesin Otomotif,
sehingga harus meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama adik dari mamanya.

“Meski tingga bersama saudara, tapi saya tetap harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sekolah, baik sebagai penjual susu sapi maupun kondektur angkutan umum,” tegas suami dari Pdt. Yernad MM Ndoen, STh.

Setamat dari STM, Octori diberi pilihan oleh orang tuanya, apakah akan menjadi
petani atau bekerja dengan bermodalkan ijazah STM. Alhasil, lebih memilih
bekerja dan diterima di PT. Utama Karya.

“Saat itu, justru pekerjaan yang mencari kami, terlebih jurusan yang saya ambil
masih terbilang langka. Hanya satu minggu di Kupang, selanjutnya dipekerjakan di
Ruteng,” ungkap ayah dari Haris dan Dicky ini.

Selama empat tahun mengabdi di PT. Utama Karya, tapi selalu pulang ke Kupang
untuk menjenguk kedua orang tuanya, yang sudah tua. Dan terakhir kepulangannya,
kembali orang tua menawarkan alangkah baiknya melanjutkan kegiatan sebagai
seorang petani.

Salah satu piagam kehormatan yang diperoleh sebagai petani teladan. (Foto: ist)

Akhirnya diputuskan untuk mengikuti kemauan orang tuanya, meskipun itu sangat dilematis, mengingat sudah cukup lama bekerja di perusahaan, tapi dorongan untuk menjadi petani juga sangat kuat, karena sudah mendarah daging.

“Karena orang tua sudah meminta untuk menjadi petani, melanjutkan usaha mereka,
akhirnya saya putuskan untuk tidak melanjutkan lagi bekerja di perusahaan, lalu
mengundurkan diri tepatnya tahun 1989,” aku anak dari Isakh Gaspersz dan Maria
Sonbai ini.

Dengan kembalinya ke Desa Noelbaki, Oktori sebagai petani muda melanjutkan
kegiatan usaha yang telah dirintis oleh kakek dan diturunkan ke orang tuanya. Maka dengan susah payah untuk kembali menjadi petani yang baik.

Di usia yang masih muda, yakni 24 Tahun, memanfaatkan aset berupa lahan dari
orang tua untuk mengolahnya secara baik dan bersungguh-sungguh agar bisa
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Maka dengan kesungguhannya dan disipilin serta bermodalkan keahlian dibidang
mesin, akhirnya Oktori sebagai petani muda berhasil mengembangkan hasil pertaniannya dan semakin dikenal oleh masyarakat luas, serta mendapat perhatian dari pemerintah melalui program Bimas, Inmas dan Swasembada Pangan.

“Saat masih kepemimpinan Presiden Soeharto, pertanian masih di dominasi dengan konsep yang sangat menyentuh di masyarakat. Dan petani lebih banyak
diperhatikan,” aku pria kelahiran 28 Oktober 1964 ini.

Dengan kegigihannya sebagai petani dan memimpin organisasi petani seperti
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Noelbaki dan Ketua Kelompok Tani Nelayan
Andalan (KTNA) NTT, Octori juga berhasil mencuri perhatian pemerintah, sehingga
dikirim sebagai petani muda untuk magang terkait etos kerja di Jepang selama tiga bulan, lalu menyusul ke beberapa negara lain seperti Thailand, Singapura, Malaysia dan negara lainnya.

Ternyata dengan banyaknya sumbangsih yang diberikan Octori pada dunia pertanian,
Golongan Karya meliriknya, dan mengajak untuk ikut bergabung.

“Sekitar tahun 1994 Saat itu masih bernama Golongan Karya, dan ada dua partai yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), saya terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Kupang, dan lima tahun kemudian kembali terpilih dan berhasil menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Kupang,” tandas dia.

Ketika menjadi Dewan, Octori tetap memperdalam ilmunya agar bisa menyeimbangkan dengan pemikiran Pemerintah dan mengatahui solusi yang harus diambil. Sehingga tidak dipandang sebelah mata.

Selama dua periode duduk di lembaga legislatif, tidak sedikitpun meninggalkan
dunia pertanian. Dia selalu memberikan pencerahan kepada para petani tidak
henti-henti.

Setelah berakhir periode tahun 2014 sebagai Ketua DPRD Kabupaten Kupang, terlintas kembali dipikirannya bahwa harus kembali ke habitat sebagai petani, maka usai menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada penggantinya di Dewan, waktunya untuk berkarya nyata, walaupun tidak dalam sistem.

“Sampai sekarang sudah kembali kepada habitat saya untuk Bagaimana merintis
usaha-usaha, khususnya di bidang pertanian. Saya juga mengkaderkan untuk anak-anak dalam rangka menjadi pemuda tani yang baik,” paparnya.

Pada kesempatan berbeda, Johny Bessi selaku Pengurus Kelompok Permata Hijau
Noelbaki mengakui bahwa Octori dinilai sangat inspiratif bagi petani-petani
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Karena dengan kegigihannya bisa melahirkan petani-petani muda.

“Sulit untuk bisa melahirkan petani milenium, karena mereka takut akan panas,
meskipun memiliki lahan. tapi dengan dorongan dan pengetahuan yang diberikan
Oktori, mereka mulai menyukai,” tegas Johny.

Untuk itulah berdiri Kelompok Permata Hijau Noelbaki, sebagai sarana anak-anak
muda menghijaukan lahan pertanian yang tidak atau tidak dikerjakan. Sehingga
hijau untuk dikonsumsi dan pemandangan. Oktori juga memberikan bukti nyata,
bahwa hanya dengan bertani bisa menghidupkan keluarga, baik kebutuhan sehari-hari maupun untuk pendidikan. (iir)