Pengamat Militer: Sudah Saatnya TNI Lebih Fokus Pada Geopolitik Kawasan

by
Pengamat Militer dan Intelijen, Dr. Susaningtyas Kertopati. FOTO: ISTIMEWA

BERITABUANA.CO, JAKARTA- Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menuturkan sudah saatnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) berbenah diri dengan lebih fokus pada geopolitik kawasan. Apalagi, TNI kini sudah memasuki usia yang Ke-78 tahun.

“Kita ketahui bersama bahwa perang Rusia-Ukraina juga berdampak pada intensitas di Laut China Selatan dan Selat Taiwan,” kata Susaningtyas lewat keterangan tertulisnya, Kamis (5/10/2023).

Sementara itu, lanjut Susaningtyas, dengan alasan untuk mengimbangi pengaruh China di kawasan, Amerika Serikat menggelar kekuatan militer di beberapa pangkalan militer yang berada di Filipina sejak 2022.

“Penggelaran kekuatan militer Amerika Serikat tersebut menyusul gelar kekuatan di Darwin, Australia. Berikutnya kekuatan militer sejak awal 2023 juga digelar di Papua Nugini,” tutur Nuning, sapaan akrab Susaningyas.

“Kita paham Amerika Serikat menggunakan strategi containment untuk mengepung China,” sambung mantan Anggota Pertahanan DPR RI ini.

Karenanya, kata Nuning, TNI patut mencermati bahwa strategi containment yang semula ditujukan kepada China, bisa juga tiba-tiba berbalik ditujukan kepada negara lain di kawasan.

“Posisi kekuatan militer Amerika Serikat saat ini ada di sebelah Utara, sebelah Selatan, dan sebelah Timur wilayah NKRI,” paparnya.

Pancing Kekuatan Militer

Terkait hal ini, Nuning juga ikut menyinggung separatisme Papua. Menurutnya, isu separatisme Papua yang tak kunjung tuntas bisa saja memancing kekuatan militer negara lain yang memiliki aset atau investasi di Papua.

“Dengan alasan melindungi aset dan investasinya, maka kekuatan militer negara tersebut bisa saja masuk ke wilayah NKRI. Apalagi jika dibungkus dengan isu ‘untuk perlindungan HAM’,” ucapnya.

Nuning menjelaskan, dengan memasuki tahun politik harusnya Separatisme Papua sudah bisa diselesaikan secara tuntas pada tataran nasional dan internasional. Ia lalu mencontohkan pengalaman yang dilakukan negara lain, seperti Inggris, Spanyol, dan Sri Lanka.

Dimana, Inggris menyelesaikan Separatisme Irlandia, Spanyol menyelesaikan Separatisme Catalunya, dan Sri Lanka menyelesaikan Separatisme Tamil. “Ini dapat digunakan TNI untuk menyelesaikan Separatisme Papua,”jelasnya.

Nuning menambahkan, kekuatan Separatisme Papua jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan Separatisme Irlandia ataupun Tamil sehingga di atas kertas dapat diselesaikan relatif lebih cepat.

“Memasuki 2024 seharusnya TNI fokus berbenah diri untuk bisa menyelesaikan Separatisme Papua. Dengan penyelesaian Separatisme Papua secara komprehensif, maka kita semua dapat menyelenggarakan tahapan Pilpres, Pileg, dan Pilkada tanpa gangguan stabilitas keamanan dalam negeri sekaligus TNI dapat berkonsentrasi pada geopolitik kawasan,” tutupnya. (FDL87)