Bahaya, Jika Kaum Muda Tak Berperan Aktif dalam Menentukan Pemimpin Masa Depan

by
diskusi KMI bersama Salemba Institute yang bertema ‘Pemilu 2024 dalam Perspektif Kaum Muda’, pada Jumat (22/9/2023) di Jakarta. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Keterlibatan pemuda dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024, tidak hanya sebatas menjadi pemilih saja, namun harus berperan aktif dalam menentukan pemimpin dan arah masa depan Indonesia. Jika hal ini tidak dilakukan pemuda, berbahaya mengingat Indonesia akan mencapai bonus demografi.

Hal tersebut disampaikan Ketua PB HMI, Imam Rinaldi pada diskusi Kaukus Muda Indonesia (KMI) bersama Salemba Institute yang bertema ‘Pemilu 2024 dalam Perspektif Kaum Muda’, pada Jumat (22/9/2023) di Jakarta.

Dari para tokoh yang menjadi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)saat ini, berdasarkan penelitian, pemuda biasanya menginginkan adanya pemberantasan korupsi, penyediaan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.

“Nah, adakah para calon presiden yang membicarakan hal tersebut karena menyangkut hajat hidup orang banyak,” ujar Imam.

Kesempatan sama, Ketua PP IMM, Baiquni Alsafah memandang, dalam perspektif geopolitik ekonomi internasional, gejolak politik internasional yang akan berdampak kepada Indonesia, harus bisa difahami dan disadari oleh para capres dan cawapres. Disisi lain, Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam masih ketergantungan terhadap investasi yang akhirnya terjebak dalam pinjaman hutang.

“Saya ingin pemuda sebagai pelopor dapat mengkampanyekan kesadaran tersebut kepada calon pemimpin kita. Perlu diingat bahwa bonus demografi ini ditentukan oleh anak muda dalam menentukan sikap memilih calon pemimpin bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Sedang Ketua Umum PP KMHDI, I Wayan Darmawan menilai, situasi politik di Indonesia yang dipertontonkan oleh para elit politik cukup memuakkan. Menurutnya, pemuda seharusnya mulai resah bagaimana kondisi bangsa 5 tahun ke depan yang dipertaruhkan oleh mereka.

“Kita tidak boleh menjadi korban politik para elit yang prinsipnya ingin mengamankan kekuasaannya dan berbagi kekuasaan, bukan lagi kedewasaan dan kepentingan rakyat,” kata I Wayan.

Dengan adanya 3 poros calon pemimpin saat ini, diharapkan ada poros baru namun ia perkirakan akan mustahil selama anak muda ini hanya menjadi objek yang digiring kemanapun tanpa sebuah gagasan yang jelas.

“Indonesia emas tidak akan tercapai bersama ketika berbagai persoalan bangsa yang pelik, sementara elit politik hanya memikirkan kekuasaannya. Oleh karenanya mulai sekarang anak muda harus mendorong bagaimana gagasan-gagasan itu dilahirkan,” tambahnya.

Hadapi Pemilu 2024

Menghadapi Pemilu 2024, Ketua PP GMKI, Ranto Pasaribu berpendapat bahwa kaum muda harus memperkuat literasi digital mengingat akan banyak hoax selama Pemilu. Pemuda, kata Ranto, harus mengambil peran untuk mengatasi persoalan ini dengan terjun langsung ke masyarakat.

“Menghadapi Pemilu 2024 dimana martabat bangsa Indonesia akan diuji, kita harus memperkuat generasi kita,” imbuhnya.

Ungkapan senada disampaikan Perwakilan DPP GMNI, Rifqi Nuril Huda melihat ada tiga fase yang harus dilewati yaitu pra pemilu, saat pelaksanaan pemilu, dan pasca pemilu. Kondisi pemuda yang tengah diasuh oleh media sosial, kata dia, banyak menghadapi tantangan.

“Dalam masa ini, pemuda harus menyadarkan dan menggaungkan bagaimana rasionalitas untuk memilih ketiga Paslon capres dan cawapres ini,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua KAMMI, Afdal Ghifari melihat selama masa Pemilu 2014 hingga 2019, kita dihadapkan pada persaingan sengit di masyarakat yang memicu ketegangan. Untuk Pemula 2024 kata Afdal, hal tersebut harus dihilangkan.

“Pada Pilpres 2024 dan ke depannya, kita ingin diwarnai dengan gagasan. Jika Capres-Cawapres tidak melihat itu, maka akan berbahaya,” ungkapnya.

Ketua Umum PB SEMMI, Bintang Wahyu Saputra menuturkan, lebih dari 50 persen pemilih berasal dari kaum milenial dan generasi z yang melek teknologi tetapi apatis terhadap partai politik yang tingkat kepercayaan mencapai lebih dari 60 persen.

“Peran pemuda lebih signifikan untuk mengajak para capres berpolitik secara sehat, jangan ada lagi yang mencoba membuat polarisasi. Pemilu 2024 ini merupakan metode pertama Pemilu serentak, jadi kalau ini gagal maka resikonya akan panjang sehingga capaian bersama untuk menuju Indonesia emas bisa pupus. Inilah yang menjadi kekhawatiran kita,” pungkasnya. (Jimmy)