Stafsus Wapres Ajak Semua Pihak Serius Cegah Indonesia dalam Darurat Literasi

by
Stafsus Wapres Dr. Gatot Prio Utomo saat memaparkan hasil diskusi terpumpun tentang Human Capital Index di sektor pendidikan, di Sekretariat Wapres Jl Kebon Sirih Jakarta Pusat Selasa (18/7/2023). (Foto: Setwapres)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Staf khusus Wakil Presiden (Stafsus Wapres)  Dr. Gatot Prio  Utomo berharap semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat untuk mencegah  Indonesia masuk dalam situasi darurat literasi. Karena bisa menghambat keinginan bangsa ini, dalam mencapai sumber daya manusia (SDM) unggul dan generasi emas  2045.

“Kita akan menemui tantangan yang sangat berat. Karena itu, perlu upaya semua pihak untuk melakukan percepatan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah,” kata Gatot saat menyimpulkan hasil diskusi terpumpun tentang ‘Human Capital Index di Sektor Pendidikan’, di Sekretariat Wapres, Jalan Kebon Sirih,  Jakarta, Selasa (18/7/2023).

Menurut pria yang akrab disapa Gus Pu ini, paparan yang disampaikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) dalam diskusi ini, memperlihatkan kondisi pendidikan nasional Indonesia sedang berada dalam darurat literasi dan numerasi.  Kondisi ini berpotensi menurunkan capaian Human Capital Index  Indonesia yang hanya 54 persen.

“Terlebih munculnya learning loss akibat pandemi Covid-19 sejak beberapa tahun lalu. Jauh dibandingkan Singapura yang mencapai 88 persen,” tegasnya lagi.

Dalam paparannya, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Prof.Dr. Nunuk  Suryani,MPd., menyatakan bahwahasil asesmen (AN) 2021, menunjukkan Indonesia berada dalam darurat literasi dan numerasi, dimana satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. Hasil AN 2021 juga konsisten dengan hasil PISA 20 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah dan belum berubah secara signifikan dibandingkan peserta didik di  negara OECD.

Pemerintah melalui Kemdikbudristek telah melakukan berbagai dukungan kebijakan untuk mengatasi situasi darurat literasi ini. Setidaknya tertuang dalam berbagai kebijakan yaitu lahirnya Kurikulum Merdeka, Program Merdeka Belajar, Pendidikan Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan Rapor Pendidikan.

“Berbagai kebijakan pemerintah ini harus mendapat dukungan penuh masyarakat agar situasi darurat literasi dan numerasi bisa secepatnya kita berantas,” imbuhnya.

Diingatkan Prof. Nunuk kalau situasinya tidak mudah, tetapi dipercaya dan meyakini sinergi dan kolaborasi pemerintah dengan semua elemen masyarakat akan berhasil membawa Indonesia menjemput generasi emas 2045.

Memberantas Darurat Literasi

Melanjutkan pernyataannya, Gus Pu mengatakan, organisasi profesi seperti PGRI, Ikatan Guru Indonesia, Pergunu, Perhimpunan Pendidik dan Guru (P2G), harus menjadi bagian penting dalam memberantas kondisi darurat literasi dan numerasi ini.

Begitu juga lembaga pendidikan  seperti LP Ma’arif NU, Majelis Pendidikan Muhammadiyah, lembaga pendidikan di bawah gereja Kristen dan Katholik, Taman Siswa, beserta seluruh elemen organisasi masyarakat di bidang  pendidikan harus terlibat secara aktif.

“Program Organisasi Penggerak merupakan program awal yang perlu terus didorong secara lebih luas dengan sasaran yang lebih fokus yaitu pada upaya pengentasan peserta didik dari kondisi darurat literasi dan numerasi. Arah kebijakannya tidak bisa lagi sporadis dan dikerjakan sendirian. Kolaborasi pemerintah dan semua elemen masyarakat adalah kunci keberhasilan mencapai generasi emas Indonesia 2045,” ungkapnya.

Ke depan, Gus Pu mengusulkan upaya percepatan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah dapat meniru penanggulangan stunting yang memiliki Tim Percepatan Penanggulangan Stunting (TP2S).

“Harus ada semacam Tim Percepatan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah yang dibentuk secara regulatif di bawah Presiden atau Wakil Presiden sehingga kolaborasi seluruh stakeholder dapat terintegrasi secara utuh karena kerja kerja peningkatan mutu pendidikan tidak hanya menjadi urusan Kemendikbud ristek,” katanya.

Dia menambahkan, pemerintah sangat serius membangun generasi emas Indonesia 2045.  Kemendikbud Ristek sekali lagi tak bisa sendirian dan single fighter dalam merumuskan dan merencanakan pendidikan nasional. Untuk itu, semua pihak harus terlibat secara aktif.

“Sejarah menunjukkan peran penting swasta dalam membangun pendidikan nasional.  Kontribusi swasta seperti LP Ma’arif, Muhammadiyah, pendidikan kristen dan katolik, sangatlah besar bagi pembangunan pendidikan nasional dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Mari kita terus merapatkan barisan dan bersinergi untuk percepatan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah agar cita cita Indonesia mewujudkan Indonesia Emas 2045 dapat terwujud,” pungkas Gus Pu. (Asim)