BERITABUANA.CO, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Sekjen Kemendagri), Suhajar Diantoro mendorong perbaikan sistem pemerintahan berbasis elektronik. Sebab, ia tidak ingin di era digitalisasi, masyarakat daerah masih banyak mengeluh tentang pelayanan publik yang lamban.
“Help desk-nya (pelayanan publik) tidak ada responsnya,” kata Suhajar dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/2/2023)
Karena itu, Ia meminta bantuan 27 orang yang mengerti tentang IT dari berbagai lini untuk membantu kerja pemerintah. “Polisi, Angkatan Darat, UI, Kominfo, ayo kita bangun Kemendagri ini,” ujarnya.
Suhajar menyampaikan, diperlukan inovasi-inovasi agar transformasi berbasis digital dalam pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Apalagi hari ini pemerintah sudah mengoperasikan sekitar 27.400 aplikasi.
Ia menekankan, jangan sampai aplikasi-aplikasi yang sudah dibuat tidak mengalami kemajuan, karena susah dioperasikan. Karenanya, electronic office (e-office) harus dibangun secara lebih sederhana agar dapat digunakan dengan mudah oleh seluruh generasi.
“Jangan membangun aplikasi tapi aplikasi generasi baby boomers. Kita ingin e-office itu semudah aplikasi WhatsApp, semudah mengoperasikan Instagram,” katanya.
Suhajar tidak menampik bahwa Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) yang sudah berbasis elektronik masih memiliki kekurangan, yakni sukarnya dalam proses pengunggahan (upload). Ia meminta agar prosesnya harus dipermudah
“Saya minta sadari betul kelemahan-kelemahan ini, karena sesungguhnya aplikasi-aplikasi (ini) yang terbangun untuk menjadi smart city,” ucapnya.
Di sisi teknologi, lanjut Suhajar, persoalan hari ini adalah pemegang kendali kebijakan masih didominasi generasi X dan baby boomer. Sementara, generasi yang sangat melek teknologi adalah generasi milenial.
Namun sayangnya, tambahnya, tidak semua generasi milenial hidup dengan cara milenial, dan malah meniru gaya hidup generasi sebelumnya. Untuk itu, Suhajar mendorong generasi milenial bekerja dengan benar, terus belajar, dan tidak berpangku tangan.
“Jangan takut mengatakan kalau kita memang belum tahu dan harus belajar. Generasi milenial Anda harus bertanggung jawab untuk meneruskan hal-hal yang baru ini, jangan dibiarkan,” pungkasnya. (Asim)