Saul de Ornay, Kawan yang ‘Gila’ Itu Telah Pergi

by
Saul de Oray. (Foto: Ist)

SAUL de Ornay, putra Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang pernah melanglang di berbagai kota sebagai wartawan. Terakhir di Jakarta bekerja sebagai Wartawan Suara Karya koran yang dibina Golkar.

Tetapi heran, Saul mau menyempal dari komunitas besarnya untuk bergabung dengan Megawati Soekarnoputri, sosok yang dihindari banyak orang terutama para penguasa dan seluruh kaki tangannya. Yang lain tidak alergi malah simpati tetapi memilih berdiam karena ketakutan sebab sabetan ‘tongkat kekuasaan’ bisa menjangkau seluruh aspek kehidupan saat itu.

Dalam kondisi ketakutan yang luar biasa itu lah, Saul de Ornay justru menyempal dari barisan besar, lalu merapat ke Megawati. Ia segelintir dari orang yang mengambil sikap kontroversial. Dan karenanya, orang seperti Bung Saul saat itu dianggap, disebut orang ‘bodoh’, orang ‘gila’, orang tidak ‘waras’, karena justru merapat ke Megawati, musuh penguasa Orde Baru di bawah Soeharto saat itu.

Atas pilihan ‘gila’ itu, ia menjadi salah satu orang yang sangat repot mengatur pergerakan-pergerakan Megawati saat itu. Jangan bayangkan lingkungan dan pergerakan Megawati saat ini yang serba teratur, fasilitas yang lengkap dan banyak orang yang mengaturnya, bahkan justru banyak orang yang berebutan untuk mengurusnya.

Tetapi dulu, sekalipun orang simpati namun takut mendekat, karena dekat Megawati bisa berisiko. Itulah sebabnya tidak banyak orang mau mendekat.  Saul de Ornay justru merangsek sedekat mungkin, maka jadilah ia kebagian tugas-tugas mengatur perjalanan Megawati, tugas yang amat merepotkan saat itu.

Saya, pada Rabu (23 November 2022) siang, saya mendapat info kalau Saul de Ornay sudah meninggal dan akan dimakamkan keesokan harinya. Ia meninggal dunia di usianya 70 tahun. Maka saya berusaha datang ke Cibinong, Bogor, tempatnya domisili selepas tugas Anggota DPR RI 1999-2004. Pekerjaannya   sebagai wartawan ditinggalkan dan mendaftar sebagai calon anggota Legislatif (Caleg) PDI Perjuangan dari daerah pemilihan NTT. Beruntung, dia lolos ke Senayan untuk mengabdikan hidupnya di jalan Parlemen.

Saya berusaha datang lebih awal agar bisa bebas mengobrol dengan istri dan dan anak almarhum, juga rindu bertemu kawan-kawan lama, kawan seperjuangan di masa sulit, sesama kawan yang di mata masyarakat dianggap orang ‘gila’, orang ‘bodoh’. Tetapi sampai tanah merah menutupi seluruh peti putih di TPU Pondok Rajeg Cibinong, Kamis (24/11/2022) pukul 13.05 WIB, tak satupun kawan yang muncul.

Tentu karena banyak faktor. Maka saat saya diminta berbicara, saya spontan menyatakan mewakili seluruh kawan-kawan seperjuangan Bung Saul yang sudah berpencar dengan pergulatan hidup masing-masing. Dan lanjut, semua pasti merasa sedih mendengar kabar duka ini.

Begitulah pengembaraan setiap insan di bumi ini, pasti berakhir di ettappe terakhir; kematian. Berakhir setelah melewati aneka rute dan Bung Saul beruntung pernah melewati rute ‘gila’, rute dimana mesin-mesin Reformasi dipanaskan dan dijalankan dan sukses.

Sayangnya, Reformasi yang diperjuangkan dengan susah payah, menghabiskan dan memakan korban yang luar biasa, kini dibajak kaum OTIS (Oportunis pragmaTIS). Maka mensejahterahkan kaum Marhaen sebagai salah satu agenda penting reformasi menjadi terbengkalai. (Jakobus Kamarlo Mayong Padang)