Menunggu Keputusan Megawati dan Dinamika Pilpres 2024

by
Ketua Umum DPP PDI P, Megawati. (Foto: Ist)

Oleh: Andoes Simbolon

KEPUTUSAN Megawati Soekarnoputri tentang calon presiden (Capres) yang akan diusung PDI Perjuangan dalam pemilu presiden atau Pilpres 2024, masih tanda tanya. Publik masih menunggu dengan penasaran dan bertanya-tanya, siapa gerangan capres tersebut? Posisi PDI P dan Megawati Soekarnoputri, ketua umumnya memang selalu mendapat sorotan ditengah memanasnya suhu politik 2 tahun menjelang pemilu ini. Bukan apa-apa, PDI P lah satu-satunya partai politik yang memenuhi syarat presidential threshold, sementara partai lain harus mencari kawan masing-masing untuk mengusung capres dan cawapres. Mencari kawan, artinya berkoalisi, karena partai-partai itu tidak cukup suara jika sendiri-sendiri mau mengusung capres atau cawapres nya. Begitu aturan yang diamanatkan UU.

Tidak heran jika akhir-akhir ini partai yang ada terus menjajaki arah koalisi yang dimaksud.

Memang sudah ada partai politik yang mendeklarasikan capres nya, seperti Partai Gerindra, mencalonkan ketua umumnya, Prabowo Subianto. Lalu Partai NasDem mendeklarasikan capres mereka Anies Baswedan. Sementara, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB ) yaitu Partai Golkar, PAN  dan PPP,  yang sudah lebih dulu dibentuk, justru sampai hari ini belum ada tanda-tanda mau mencalonkan siapa, mereka ini masih sibuk beretorika ditengah gelombang politik yang naik dan turun.

PKB, sempat menjajaki komunikasi dengan PKS, tetapi sepertinya terputus, karena partai ini sudah bersepakat dengan Partai Gerindra dalam pencapresan. Memang belum jelas seperti apa dan bagaimana kelanjutan dari kerjasama Gerindra dengan PKB ini, apakah tetap dipertahankan atau tidak, masih menunggu waktu, terlebih dengan posisi Muhaimin Iskandar, ketua umum DPP PKB, yang juga sudah ketok palu di internal PKB sebagai capres.

Sementara, Partai Demokrat dan PKS terlihat masih gamang dan menimbulkan tanda tanya apakah akan berkoalisi dengan Partai Nasdem atau tidak.

Pertanyaan lain yang selalu ditujukan ke PDI P adalah apakah partai ini akan maju sendiri karena dimungkinkan atau mengajak partai politik lain berkoalisi dalam pilpres itu ? Begitu lah kira-kira gambaran situasi yang melanda partai politik pada saat menjelang Pilpres 2024. Pilpres kali ini memang sepertinya bakal lebih seru karena tidak ada calon petahana.

Joko Widodo (Jokowi) sudah 2 periode menjadi Presiden RI, sehingga kesempatan untuk maju berikutnya sudah tertutup oleh UU. Karena itu, serunya Pilpres 2024 karena yang akan bertarung adalah tokoh baru, kecuali  Prabowo Subianto , yang telah dua kali ikut pilpres.

Berkaca pada tahun 2014, Megawati Soekarnoputri akhirnya memutuskan Joko Widodo yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta sebagai capres PDI P. Keputusan ini diambil setelah sekian lama menimbang-nimbang aspirasi yang berkembang di masyarakat. Pada hal dari berbagai hasil lembaga survei, dukungan kepada Megawati pun masih besar, tetapi tak kalah besarnya dukungan ke Joko Widodo. Karena itu, atas pertimbangan yang lebih obyektif dan  rasional diputuskan lah Joko Widodo sebagai capres dan kemudian berkoalisi dengan beberapa partai politik yang selanjutnya menetapkan Jusuf Kalla sebagai cawapres.

Bagaimana dengan pilpres 2024 ? Seperti yang  sudah diketahui, ada dua nama yang mengemuka dari internal PDI P sebagai capres, yaitu Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Keduanya sama-sama kader banteng tetapi punya jabatan berbeda. Kalau Puan salah satu Ketua DPP PDI P dan masih menjabat Ketua DPR RI, sekaligus putri Megawati Soekarnoputri. Sedang Ganjar adalah Gubernur Jawa Tengah periode kedua, yang sama sekali tidak ada jabatan di struktur PDI P.

Seperti sudah diketahui publik, sejak awal nama Ganjar terus moncer di masyarakat seperti terekam dari hasil berbagai lembaga survei. Namanya sampai hari ini selalu muncul di papan atas sebagai capres yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi bersama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Memang masih muncul beberapa nama lain, tetapi tingkat elektabilitas nama-nama itu rasanya jauh dibawah ketiga tokoh tersebut, termasuk Puan Maharani.

Iya , elektabilitas putri Megawati Soekarnoputri itu terlihat rendah dalam setiap hasil yang dibuat oleh lembaga survei, selalu berada dikisaran 1, sekian persen.  Pada hal, Puan sudah banyak melakukan aksi di masyarakat, dibantu oleh tim yang sudah ada, hasilnya masih belum memuaskan.

Justru beberapa kali aksinya di masyarakat mendapat masalah hingga di bully nitizen di media sosial. Sepertinya agak sulit dan berat mengerek elektabilitasnya. Seolah-olah, Puan masih harus lebih kerja keras jika mau menarik simpati publik dan menaikkan elektabilitas nya.

Seperti diketahui, salah satu persyaratan partai politik memilih capres adalah tingkat elektabilitas tersebut. Jika elektabilitas itu rendah, maka tidak mungkin partai politik mengusungnya  pada pilpres. Sebuah kontestasi  yang diikuti, apalagi pilpres harus lah memilih seseorang calon  yang peluangnya besar untuk menang, bukan sebaliknya.

Harus diakui memilih seseorang calon yang berpotensi menenangkan kontestasi itu bukan pekerjaan enteng. Karena harus mempertimbangkan secara matang sebelum memutuskan pilihan tersebut. Banyak aspek dan faktor jadi alasan maupun pertimbangan antara lain tingkat elektabilitas dan popularitas seperti yang terekam dari hasil survei.

Barangkali hal demikian lah yang sekarang jadi pemikiran pimpinan partai politik, baik yang sudah membentuk koalisi maupun yang belum . Itu juga yang menjadi pertimbangan dari Partai Nasdem yang sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres dan Partai Gerindra yang juga sudah mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai capres.

Bagaimana dengan PDI P ? Megawati memang sampai saat ini terlihat santai, seolah-olah sudah mengantongi capres yang mau dijagokan. Masyarakat seolah diminta bersabar menunggu pengumuman capres tersebut.

Menurut informasi yang beredar, PDI P akan melakukan rapat kerja nasional atau Rakernas guna menggodok capres, meski keputusan terakhir ada di tangan Megawati sendiri, karena dia diberi hak prerogatif untuk memutuskannya.

Kita hanya menunggu sambil menduga, pilihan Megawati nanti akan didasarkan kepada kepada realitas yang hidup dan berkembang di masyarakat. Megawati akan objektif dan rasional dalam menjatuhkan pilihannya seperti halnya saat dia memilih capres pada 2014 dan 2019. Bagaimana pun, Megawati bisa dikatakan sudah berpengalaman dalam menjatuhkan pilihan capres ini.

Megawati dan PDI P punya kepentingan yang jauh lebih besar akan sosok Presiden RI berikutnya, yang kira-kira tangguh menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI, merawat persatuan bangsa dan terus memelihara kebinekaan. Selain itu, pilihan sosok Presiden RI tersebut adalah yang diyakini akan meneruskan atau  melanjutkan program pembangunan seperti yang sudah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, yang tak lain kader PDI P sendiri. ***