Edukasi Penanganan PMK Lewat Medsos Sangat Penting untuk Mencegah Hoaks

by
Diskusi #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk "Internet Sebagai Media Edukasi Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)" secara daring. (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, sapi, kerbau, domba dan kambing, membuat resah peternak hingga masyarakat secara luas. Karena itu, edukasi mengenai penanganan PMK pada ternak melalui dunia internet sangat penting.

Dosen Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag) Surabaya, Bambang Kusbandrijo menilai, pentingnya pemanfaatan internet untuk mengedukasi peternak, untuk mencegah kekhawatiran masyarakat. Hal ini sekaligus memberikan informasi bahwa PMK pada ternak tidak menular ke manusia.

“Manusia memiliki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik,” kata Bambang dalam diskusi #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk “Internet Sebagai Media Edukasi Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)” secara daring, Rabu (27/7/2022)

Menurut Bambang, teknologi menjadi alat yang mampu membantu peternak untuk mendapatkan informasi dari pemerintah apa-apa saja yang perlu dilakukan dalam penanganan PMK. Lewat informasi yang kredibel soal PMK, juga bisa mencegah kepanikan masyarakat ketika mendapat berita bohong alias hoaks.

“Makanya, kita juga harus cerdas dalam bermedsos. Kalau dapat info jangan buru-buru di share, cek dulu kebenarannya. Kalau info itu bermanfat baru di share,” ujar Bambang.

Untuk itu, Bambang mengimbau, baik peternak maupun masyarakat, hendaknya menggunakan medsos secara positif.

“Hindari menerima berita hoax dengan cek fakta dan jangan ikut menyebarkan media sosial,” ucapnya.

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), Ade Irma Sukmawati mengungkapkan, data 2019 dari Kominfo mengenai jumlah aduan konten negatif berjumlah 431.065 aduan. Rinciannya, 244.736 aduan konten pornografi, 57. 984 konten fitnah, 53. 455 konten meresahkan, 19.970 konten perjudian, 18. 845 konten penipuan, 15. 361 konten hoax.

Untuk mencegah makin berkembangnya, konten-konten negatif, diperlukan kecakapan di dunia digital. Seperti, selalu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

“Kita tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,” kata Ade Irma.

Sementara itu, Redaktur media Langgar.co, Abdul Rohim menyatakan, tata krama penggunaan internet dengan konten positif dalam membagikan informasi mengenai PMK, harus terus didorong agar masyarakat tidak resah.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” ujar Rohim.

Menurut Rohim, internet adalah anugerah, tetapi bisa menjadi bencana jika teknologi hanya bisa mengendalikan manusia tanpa jiwa-jiwa yang beretika.

“Etika hadir sebagai pandu kita dalam menjalani aktivitas digital kita. Tapa etika internet bisa jadi bencana dan bisa merusak karakter kpribadian bangsa,” kata dia.

Etika digital, lanjut Rohim, ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam menghadirkan diri.

“Mari kita rayakan teknologi, kita hormati ilmu pengetahuan, kita dukung semua bentuk kemajuan, tetapi semua harus demi mengangkat derajat manusia. Etika ada karena kita adalah manusia,” tukas Rohim.

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media. (Kds)