Muhibah Budaya Laskar Rempah Lakukan Kunjungan ke Dekranasda NTT 

by
Laskar Rempah usai melakukan kunjungan ke Dekranasda NTT. (Foto: ist)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Muhibah Budaya Laskar Rempah 2022 yang diprakasai Kemendikbudristek RI, melakukan kunjungan ke Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT.
Kehadiran Laskar Rempah ini di Dekranasda, Senin (27/6/2922) guna melihat secara miniatur dari stan-stan yang sudah disiapkan dari 22 Kabupaten Kota di NTT.

Rombongan Laskar Rempah di sambut langsung Wakil Ketua Dekranasda NTT, Maria Fransiska Djogo dan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Hendriana Laiskodat bersama seluruh staf Dekranasda NTT.

Selanjutnya Bunda Fransiska, mengajak semua rombongan berkeliling anjungan miniatur NTT, dan melihat dari dekat proses pembuatan kain Tenun khas NTT, serta berbagai macam Adat dan Budaya yang dimiliki oleh setiap daerah di NTT.

Direktur Perlindungan Kebudayaan, Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, menyatakan kehadirannya ke NTT bukan hanya sebagai peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah, tapi juga karena keinginan secara pribadi dan juga secara kelembagaan, yang sudah lama ingin mengunjungi NTT.

“Jadi memang kami sudah dan sedang berupaya, untuk dapat diusulkan, serta menominasikan kekayaan Intelektual Kebudayaan NTT ini ke UNESCO, sebagai warisan budaya Indonesia yang akan semakin dikenal Dunia, namun karena aturan sehingga semua perlu proses, karena memang ada tahapan-tahapan yang harus dilalui,” terang Dewi Wanti.

Dewi Wanti menambahkan, bahwa masyarakat NTT sangat luar biasa, keramahannya dalam menyambut tamu-tamu yang datang berkunjung ke NTT.

Hal senada pun di sampaikan Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Pendidikan Kemendikbudristek, Yudi Wahyudin, mengharapkan budaya di Provinsi NTT bisa menjadi acuan bagi daerah lain.

“Kita harus tingkatkan talenta dan bakat anak-anak muda, agar secara profesi bisa diakui oleh semua pihak. Sehingga karya yang dihasilkan bisa menjadi acuan bagi daerah lain,” ungkap Yudi Wahyudin.

Menurut Yudi Wahyudin, semua pihak untuk tidak menganggap tradisi sebagai sesuatu yang primitif. Karena melalui tradisi dan budaya diharapkan mampu menjadi wadah untuk bersatu.

“Jangan menganggap tradisi itu sesuatu hal yang primitif. Karena para leluhur berkarya dan menjaga budaya itu sejak lahir. Jadi melalui budaya diharapkan kita semua bisa bersatu,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Dekranasda NTT, Maria Fransiska Djogo, berharap agar kedepan warisan Budaya nenek moyang ini dapat dimasukkan dalam dunia pendidikan, atau dalam kurikulum pelajaran sekolah, sehingga budaya ini dapat terus dilestarikan.

“Iya jadi saya berharap agar nantinya warisan budaya NTT ini bisa masuk dalam kurikulum pendidikan sekolah, sehingga bisa tetap terjaga kelestariannya,” pungkasnya. (iir)