Ketersohoran Pengrajin Golok Cibatu Tak ‘Padam Diterjang Badai’ Pandemik

by
Pengrajin golok dari Desa Cibatu, Hendy Setiadi (kiri) / Foto: Hendry

BERITABUANA.CO, SUKABUMI – Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tersohor sebagai desa pengrajin golok berkualitas. Kenyataan ini sudah bukan menjadi hal yang asing lagi banyak orang, terlebih bagi pengrajin senjata tajam.

Di sana, perputaran uang sangat menarik. Namun, ternyata tidak selalu. Nyatanya selama masa pandemik, omset penjualan aneka senjata tajam (sajam) Cibatu menurun drastis. Sama seperti bisnis lainnya.

Namun para pengrajin tidak menyerah, mereka tetap  bertahan dengan memanfaatkan secara maksimal bantuan Pemda Sukabumi yang jumlahnya tidak seberapa.

Itu diakui oleh, salah satu pengrajin golok dari Desa Cibatu, Hendy Setiadi. Saat ditemui www.beritabuana.co, dia pun menceritakan dulu penjualannya selama pandemik.

“Selama pandemik terjadi penurunan penjualan sangat drastis, namun kami coba bertahan,” kata Hendy.

Menurutnya, setahun  pandemik melanda Indonesia,  pengrajin golok menjerit.  Meskipun demikian, mereka terus berproduksi dengan memanfaatkan stok bahan yang ada.

“Dengan kondisi  stok bahan terbatas, kami belajar membuat berbagai bentuk aneka pedang,” ujar Hendy.

Barulah setelah Pemda Sukabumi memberikan bantuan modal dan bahan, para pengrajin golok bisa bernafas kembali. Hendy mengakui kalau bantuan modal tersebut sangat minim.

“Kalau ditanya cukup, ya tentunya tidak cukup. Tapi kita cukup-cukupi lah yang penting bisa berproduksi walaupun hanya sedikit,” katanya.

Setelah pandemik melandai, para pengrajin golok Cibatu mulai bangkit kembali. Hal ini ditandai dengan banyaknya  pemesanan berbagai jenis pedang, golok dari para kolektor sajam yang dipesan lewat online.

Para kolektor, Hendy melanjutkan rupanya  jatuh hati dengan model pedang yang dibuatnya bersama dengan rekan-rekannya.

“Kita punya ciri khas barang yang berbeda dengan pengrajin yang lainnya seperti bentuk gagang golok maupun pedang,” katanya.

Hendy mengatakan, ketertarikan para kolektor sajam memesan golok bikinan desa Cibatu, sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kualitas bahan dan ketajamannya.

Makanya  tidak mengherankan kalau banyak golok biasa yang dijual, diklaim produksi Cibatu.

“Padahal bukan  golok Cibatu tapi dibuat dari daerah lain,” kata Hendy.

Tapi para penggemar sajam sudah  memahami mana golok Cibatu dan yang bukan.  Buktinya, mereka, para kolektor menurut Hendy kerap memesan pedang sesuai dengan desain atau gambar yang dibuat sendiri.

“Kami kerjakan pesanan sesuai dengan keinginan konsumen. Mereka kasih gambar, kita yang buat,” ujarnya.

Ke depan, Hendy dan para pengrajin berharap usaha rumahan golok Cibatu terus berkembang dan dilanjutkan oleh generasi muda Cibatu. ( Hendry)