Pentingnya Nilai-Nilai Pancasila untuk Generasi Milenial Jaman Now

by
Burung Garuda
WhatsApp Image 2022-05-31 at 11.48.50 AM
Simson Simanjuntak.

Oleh : Simson Simanjuntak *

PANCASILA merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila pada pidato Sukarno pada 1 Juni 1945. Bangsa Indonesia dengan segenap potensi yang ada, merupakan bangsa yang besar dan kaya. Memiliki keuntungan demografi, dengan posisi strategis di antara jalur-jalur distribusi barang dan jasa internasional, dan memiliki SDA hayati dan non-hayati yang melimpah serta diberkahi dengan sumber energi yang seakan tak ada habisnya. Tepat apabila dijuluki sebagai the winning region (kawasan pemenang), karena negara ini memiliki segalanya.

Kebesaran bangsa Indonesia dengan segala sumber dayanya itu sangat rentan menjadi negara yang hancur dan gagal (failed state). Karena Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang memiliki perbedaan dari segala bidang (naturally fragmented). Keanekaragaman baik dari suku, agama, maupun golongan sangat mudah memicu terjadinya disintegrasi bangsa.

Belajar dari sejarah dunia, sejak 1991 tercatat 3 negara terpecah oleh konflik yang disebabkan bahasa, ekonomi, dan agama. Hasilnya, 23 negara baru memproklamasikan diri dengan warisan konflik yang berkepanjangan. Sebut saja Yugoslavia, Sudan, dan Uni Soviet. Pengalaman sejarah menunjukkan beberapa kali Indonesia juga pernah diterpa dengan perpecahan antaranak bangsa. Namun, pada akhirnya negara ini mampu untuk bertahan.

Kemampuan untuk bertahan dari perpecahan bangsa itu, bukan tanpa sebab. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia memiliki alat pemersatu bangsa (national cohesion) yang terbentuk secara alamiah dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Lihat saja pada zaman majapahit, Mpu Tantular di dalam Kitab Sutasoma telah menuliskan Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa yang mengisahkan bahwa pada masa itu tidak ada perselisihan sedikitpun yang disebabkan perbedaan baik agama maupun suku bangsa. Hal ini bukti bahwa menghormati perbedaan telah diyakini nenek moyang bangsa Indonesia beratus-ratus tahun yang lalu.

Sementara itu, di belahan dunia lain, sekelompok manusia masih memperlakukan manusia lainnya sebagai budak yang dipekerjakan secara kasar tanpa upah layak atas dasar perbedaan rasial dan warna kulit semata. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila sejarah kerukunan bangsa Indonesia yang sudah tumbuh beratus-ratus tahun lamanya ini harus dihancurkan oleh kebencian yang disebabkan oleh keserakahan dan perebutan kekuasaan di antara kelompok-kelompok tertentu. Tentunya perpecahan seperti negara-negara itu tidak kita inginkan terjadi di negara yang kita cintai ini. Tanggung jawab ini terletak pada kita semua, terlebih pada bahu dan pundak para generasi muda yang hidup di zaman now khususnya bagi generasi milenial.

Generasi milenial atau generasi Y (teori William Straus dan Neil Howe) yang saat ini berumur antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita.

Sungguh merupakan suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi. Akan tetapi, acap kali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif. Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal. Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media massa, internet (cyber war). Sasarannya jelas yaitu ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik, karakter, dll.

Dalam kaitan peringatan hari lahir Pancasila tahun ini, ada beberapa catatan penting untuk dikemukakan, Generasi Milenial harus mampu berpikir bijak. Generasi Muda digambarkan dengan situasi penuh hidup kebebasan dan hedonisme atau mencari kepuasan dan kebahagiaan yang sebanyak banyaknya. Di sisi lain dengan perkembangan teknologi yang membuat masyarakat dari semua tingkatan mudah mengenal dunia maya. Dengan situasi ini rentan sekali masyarakat mudah untuk terprovokasi dan diadu domba, akan tetapi disisi lain timbul ketidakpedulian dari pihak pihak yang semestinya menjadi punggawa dan pelopor Toleransi dan Kerukunan serta kemajuan bangsa yaitu kaum Milenial yang berpendidikan.

Indonesia selaku negara multi etnis dan agama masih menghadapi persoalan intoleran yang cukup tinggi. Belakangan ini semangat toleran dan Kebhinekaan dalam bingkai ideologi Pancasila terus mengalami sebuah degradasi yang cukup drastis dikalangan masyarakat bangsa Indonesia terlebih khusus pada kalangan kaum muda/kaum Milenial. Sehingga tidak heran sebagian besar masyarakat dan orang muda bangsa ini cepat terpengaruh dengan masuknya ideology-ideologi yang berasal dari luar dan yang lebih parahnya lagi ideology-ideologi tersebut secara terang-terangan mengatakan ANTI PANCASILA dan semangat Kebhinekaan yang sudah beratus-ratus tahun tertanam dalam kepribadian dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Lebih lagi dikaitkan dengan situasi politik saat ini yang seolah “serba halal” dilakukan untuk mendapatkan keinginan/tujuan yang diinginkan. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara bangsa kita.

Sungguh merupakan suatu ironi ditengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini ternyata tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Sungguh miris apabila dengan tetangga depan/samping atau yang jaraknya hanya beberapa rumah dengan rumah kita, kita tidak saling mengenal, sungguh sehebat itukah kita seolah kita tidak memerlukan siapa-siapa.

Era komunikasi terbukti memberi jaminan Generasi Milenial merupakan generasi diusia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Generasi Milenial adalah generasi yang sangat identik dengan kehidupan yang serba digital dan mahir dalam teknologi. Keunggulan generasi ini memiliki kreatifitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan yang lainnya. Namun karena hidup di era yang serba otomatis, serba canggih, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang dipengaruhi, menjadi kurang peduli dan respek terhadap lingkungan sekitar.

Sebenarnya generasi Milenial ini memiliki banyak peluang untuk bisa maju dan berada jauh di depan dibanding generasi sebelumnya dikarenakan adanya dukungan dunia teknologi dan berbagai sarana yang ada. Namun sayangnya generasi Milenial ini cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih focus kepada pola dan kecepatan memperoleh informasi dimana saja, kapan saja dan dari siapa saja.

Segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas. Akan tetapi acap kali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif yang menimbulkan rusaknya hubungan interpersonal. Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media masa, internet (Cyber war). Dimana perang modern ini menyasar pada ketahanan ekonomi, ideologi, pertahanan dan keamanan, politik, budaya, lingkungan, karakter dll. Sehingga kita harus berusaha dan mampu menjadi bijak dalam mengahadapi dunia tersebut. Kita harus menjadi pengguna media social yang pintar dan benar, bukan yang “sok pintar dan sok benar”.

Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan diberbagai aspek semakin tinggi, oleh sebab itu kita sebagai kaum Milenial harus mampu beradaptasi dengan cepat dan tepat, berpikir bijak dan logis, belajar dan terus berusaha menjadi generasi yang lebih baik, cepat dan tepat dalam memecahkan masalah. Yang pernah saya lihat di layar TV bahwa hampir 32% dari total populasi penduduk di Indonesia termasuk dalam generasi/kaum Milenial. Pertanyaannya adalah mampukah kelompok Milenial ini menjadi “Agen Perubahan” untuk bangsa Indonesia yang kita cintai ini, apakah generasi Milenial ini sudah siap dan mampu untuk membangun dan menjayakan Indonesia untuk lebih baik lagi, apakah generasi Milenial ini mampu berfikir bijak untuk kerukunan dan kehidupan social negeri ini. Ini merupakan tugas, tantangan dan PR yang besar dan berat bagi generasi Milenial di negeri kita ini.

Sebagai penutup, penulis mengajak Generasi Milenial yang mana kita harapkan mampu menjadi penggerak kerukunan dan persatuan antar anak bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa ini. Penanaman “nilai-nilai Pancasila yang sebenar benarnya” selain kepada masyarakat luas pada umumnya hendaknya lebih lagi digalakan dan difokuskan kepada kelompok generasi/kaum Milenial dengan sebuah formulasi atau metode-metode pembelajaran yang relevan dengan perkembangan teknologi dan situasi negara secara utuh pada saat ini. Sehingga generasi Milenial ini tidak bersifat apatis, tetapi lebih peduli terhadap keadaan bangsa. Pancasila dijadikan pegangan dan prinsip hidup berbangsa bagi generasi Milenial dalam menghadapi derasnya kemajuan teknologi dan berbagai masalah bangsa yang lebih kompleks. Generasi Milenial harus mampu mengamalkan Pancasila, Bhineka tunggal ika dan nilai-nilai Toleransi bangsa, agar bangsa Indonesia ini tetap eksis dan berdiri kokoh.

Akhirnya sebagai penutup, marilah sebagai generasi Milenial, yaitu generasi Milenial yang baik, professional dan berintegritas harus tetap optimis dan tidak boleh berhenti melakukan langkah-langkah perbaikan dalam segala aspek demi kemajuan bangsa dan negara. Generasi Milenial harus lebih peka, berempati dan bersimpati terhadap sesama, mau peduli menciptakan kualitas politik yang baik, perbaikan ekonomi, kerukunan yang menentramkan, penggiat Toleransi dan masih banyak hal baik lainnya yang bisa dilakukan untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia ini. Karena kemajuan dan perbaikan bangsa hanya akan terjadi pada saat orang-orang bail, professional dan berintegritas mau dan peduli terhadap bangsa itu sendiri dengan tindakan nyata agar bangsa dan negara ini tidak dikuasi dan disalahgunakan oleh oknum-oknum opportunist demi jabatan, kekuasaan dan uang semata.

Penulis
Ketu Bidang Politik Dewan Pimpinan (DPN) Repdem