Kobu: Inggit Garnasih Pantas Dapat Gelar Pahlawan Nasional

by
Inggit Garnasih dan Soekarno.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Direktur Institut Marhaen Jakobus K.M. Padang menyatakan, Inggit Garnasih pantas mendapat kehormatan dan penghormatan dari bangsa ini, termasuk dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional dari Tatar Sunda. Dia menegaskan, Inggit Garnasih sangat layak untuk ditetapkan jadi pahlawan nasional.

“Inggit Garnasih, perempuan tangguh dari Tatar Sunda berjasa besar buat bangsa ini, namun ia tak mendapat kan apa pun,” kata pria yang akrab disapa Kobu ini saat berbincang dengan beritabuana.co di Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Hal ini disampaikan untuk memperingati hari kelahiran Inggit Garnasih ke 134 tahun. Inggit adalah istri kedua Presiden pertaman Ir. Soekarno, yang lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, 17 Februari 1888, dan meninggal dunia pada 13 April 1984. Soekarno menikah dengan Inggit Garnasih pada tanggal 24 Maret 1923 di Bandung, tetapi kemudian bercerai tahun 1942.

Lebih jauh Kobu menyatakan, masih sangat sedikit masyarakat kita yang paham bahwa kemampuan Soekarno menyalakan api nasionalisme, yang membakar semangat putra-putri di Nusantara ini untuk bangkit berjuang , tak lepas dari peran Inggit Garnasih. Mengutip pendapat seorang koleganya, Kobu sependapat bahwa kematangan jiwa dan idiologi Soekarno justru terbentuk di Bandung.

Dan siapa pun tahu, kata Kobu, kehidupan Soekarno di Bandung tidak bisa dipisahkan dari Inggit Ganarsih. Termasuk Soekarno sendiri mengaku karena peran Inggit lah ia bisa berjuang. Disebut Kobu, Soekarno sudah menjadi magnet saat itu sehingga waktu dan energinya sepenuhnya tersita untuk pergerakan.

“Hampir setiap hari, pagi hingga larut malam orang datang berdiskusi ke rumahnya. Soekarno dan Inggit menyediakan minuman pada tamu-tamunya, perlu gula, kopi atau rokok. Dari mana uangnya membeli itu ? Inggit lah yang kerja keras mencari uang untuk berbagi kebutuhan hidupnya bersama suaminya,” kata Kobu.

Bagaimana caranya? Menurut Kobu, jika malam hari tiba, Inggit membuat jamu dan menjahit, lalu menjualnya siang hari. Uang dari hasil penjualan itu digunakan membiayai kehidupan mereka, sementara Soekarno sepenuhnya berkonsentrasi untuk pergerakan. Inggit melakoni itu kata Kobu bukan satu minggu, bukan satu bulan atau setahun, tetapi bertahun-tahun. Hebatnya lagi kata Kobu, itu sepenuhnya dijalani Inggit meski dibaliknya ada penderitaan.

Tak sampai disitu, Kobu yang pernah menjadi Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan ini mengungkapkan perjuangan Inggit Garnasih selanjutnya. Saat Soekarno dan tiga kawannya, Gatot Mangkoedipradja, Maskoen, dan Supriadinata ditangkap kolonial Belanda dan dipenjarakan di Banceuy. Inggit harus mengunjungi Soekarno setiap saat untuk membawakan makanan.

Karena tidak punya uang, Inggit terpaksa jalan kaki meski jarak rumah ke Banceuy lumayan jauh. Tidak hanya membawa makanan, kedatangan Inggit ke penjara juga urusan politik, ia menjadi penghubung Soekarno dengan kawannya di dalam sel dengan kawan-kawannya pergerakan di luar. Menurut Kobu, tentu saja yang dilakoni Inggit perjuangan berat, ia bergerilya membawa pesan untuk disampaikan ke Soekarno.

“Lebih berat lagi, Inggit harus mencari bahan dan menyeludupkan nya untuk menjadi bahan Soekarno menyusun pledoi nya yang kemudian sangat terkenal yaitu Indonesia Menggugat,” kata Kobu.

Inggit menurut Kobu adalah perempuan hebat , tabah dan tekun. Inggit menyadari betul bahwa apa yang diperjuangkannya bersama Soekarno adalah untuk kemerdekaan bangsanya.

“Inggit sangat paham itu karena Inggit lah yang menjadi penterjemah ke bahasa Sunda jika Soekarno ke desa-desa mengadakan penyadaran bagi masyarakat,” kata Kobu.

Begitu juga ketika Soekarno diasingkan ke Ende dan Bengkulu, Inggit kata Kobu tetap setia menemani suaminya. Ia tak pernah mengeluh, termasuk saat Soekarno melewati hutan rimba dalam pelarian dari Bengkulu ke Padang. Inggit ikut menemani Soekarno sebagai bagian dari perjuangan untuk memerdekakan Indonesia.

“Sungguh berat dan pasti tidak banyak perempuan yang bisa melakukan itu, bahkan laki-laki sekalipun , jika jiwanya tidak terpanggil untuk berjuang,” ujar Kobu.

Dikatakan Kobu, betapa beratnya beban Inggit yang selama 20 tahun ikut berjuang bersama Soekarno, yang menyadari akan pentingnya memerdekakan bangsanya. ia pun berharap, atas jasa besarnya, Inggit Garnasih tidak hanya pantas diberi gelar pahlawan nasional, tetapi juga perlu dibuatkan patung besar di tengah Kota Bandung, dan namanya diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota di seluruh Indonesia.

“Tidak hanya pantas, tetapi wajib, sebagai wujud penghargaan kita pada jasa besarnya,” ucap Kobu. (Asim).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *