Peletonan Road Bike: “Bel-!nya Memang Teriak”

by
Ilustrasi

SERING kita dengar peletonan road bike, umumnya harus teriak-teriak saat hendak menyalip. Mohon dipahami itu belum tentu sombong atau arogan, tapi karena terpaksa.

Peletonan dengan kecepatan tinggi, heat rate sang rider pasti naik. Pada kondisi ini, siapa pun sulit berbicara normal. Karena jantung berdegup cepat, napas ngos-ngosan, intonasi bicara jadi meninggi dengan sendirinya.

Jika on-fire, peletonan juga tabu untuk mengurangi kecepatan. Cadance sudah terbentuk, jika harus menurunkan ritme, akan kembali mulai dari nol.

Celakanya road bike tak punya bel. Alat yang mengeluarkan bunyi, yang dipakai memberitahu siapa saja yang merintanginya. Mau-tidak-mau, gantinya mulut ; ‘tariak-teriak’ terkesan seperti sedang marah.

Bagi sebagian orang yang belum paham, sering menimbulkan tafsir macam-macam. Di bilang sombong, songong dan seterusnya. Padahal belum tentu. Seperti pesepeda lainnya, mereka juga pribadi yang ramah.

Peletonan, adalah bersepeda ramean dengan kecepatan hampir merata. Kosa kata ini berasal dari bahasa Prancis, platoon, yang sering dipakai pada formasi militer.

Biasanya dilakukan untuk menghemat tenaga. Membelah angin dari depan, sehingga terjadi pengurangan gaya dorong angin sekitar 5-10 persen.

Cara ini dilakukan sebagai taktik agar terus kompetitif. Biasanya diikuti kerjasama dan interaksi yang kompleks antar pesepeda dalam satu tim.

*Eko Guruh* – (Pengamat Pesepeda dan mantan ASN) 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *