NTT Masuk Wilayah Rawan Bencana Hidrometeorologi

by
Kepala BPBD NTT, Ambrosius Kodo

BERITABUANA.CO, KUPANG – Provinsi NTT termasuk dalam wilayah rawan bencana hidrometeorologi, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.

“Hal ini dapat dilihat sering terjadinya bencana banjir, tanah longsor, angin kencang serta kekeringan,” jelas Kepala BPBD NTT, Ambrosius Kodo dalam siaran pers Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT, Rabu (20/10/2021).

Dikatakan Ambrosius Kodo, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.

“Mengacu kepada siaran pers BMKG yang mengingatkan untuk waspada terhadap La-Nina yang dapat, meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, maka dengan ini kami menghimbau agar warga masyarakat tidak lengah dan selalu waspada terhadap kondisi cuaca,” tandasnya.

Ambrosius Kodo mengimbau, jika terjadi hujan lebat dengan waktu yang panjang, warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai dan di lereng yang cukup miring, segera mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.

“Data menunjukan bahwa lebih dari 90 Persen warga yang selamat dari bencana itu, karena ditolong oleh dirinya sendiri atau komunitas dimana dia berada,” ujar Ambrosius Kodo.

Ambrosius Kodo meminta kepada BPBD Kabupaten/Kota, untuk memperhatikan peringatan dini cuaca yang diterbitkan oleh BMKG, dan selanjutnya memastikan informasi tersebut tersampaikan ke warga masyarakat di wilayah-wilayah yang rawan banjir dan longsor.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan Peringatan Dini untuk Waspada datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.

“Perlu dicermati juga bulan Oktober ini, Provinsi NTT masuk wilayah yang sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim, dari musim kemarau ke musim hujan,” papar Dwikorita Karnawati.

Periode peralihan musim ini, jelas Dwikorita Karnawati, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang meskipun periodenya singkat tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.

“Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini, selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir dan longsor, lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022,” ujarnya mengingatkan. (rls/iir)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *