Hadapi Pakta Aukus, Indonesia Harus Miliki Misi Terintegrasi dengan Baik

by
Diskusi virtual bertajuk “Perang Supremasi AS Vs China, Akankah Meledak di Laut China Selatan” yang disiarkan Gelora TV, Rabu (22/9/2021).

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pengamat Militer dan Pertahanan Keamanan Connie Rahakundini Bakrie menilai perang di Laut China Selatan/LCS, bisa saja terjadi. Namun bahaya sebenarnya, adalah upaya pembukaan paksa Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) di Timur dan Barat oleh pakta keamanan trilateral antara Amerika Serikat (AS), Australia, dan Inggris atau dikenal dengan Aukus.

“Kalau ALKI Timur Barat dibuka, maka seolah-olah tamu yang melintas rumah kita, dan kita sendiri tidak punya kemampuan dan ketegasan menjaga martabat kepentingan kita,” kata Connie dalam diskusi virtual bertajuk “Perang Supremasi AS Vs China, Akankah Meledak di Laut China Selatan” yang disiarkan Gelora TV, Rabu (22/9/2021).

Connie mengungkapkan bahwa dari dokumen Aukus yang dia baca nya, kebijakan Aukus yang berdampak negatif terhadap Indonesia, tidak hanya masalah nuklir saja, tapi juga akan mendikte kerjasama cyber, antariksa, intelijen dan lain sebagainya. 

Dampak negatif tersebut, menurut dia, akibat posisi non blok Indonesia saat ini, sehingga membuat Indonesia sekarang ‘terkepung’. Padahal non blok itu,  yang dimaksud Bung Karno (Presiden pertama RI), bukan bersikap netral, melainkan harus bersikap tegas untuk melindungi kepentingan nasional. 

“Jadi, kita itu mesti punya visi yang terintegrasi dengan baik. Dan ini, satu pekerjaan rumah (PR) yang negara ini tidak pernah selesaikan sejak TNI itu berkomitmen di tahun 1998 untuk menjadi tentara profesional. Padahal, Undang-Undang memerintahkan negara ini mesti mempunyai national security concern,” ujarnya.

Pentingnya apa sih national security concern ini? Connie bilang, itu berfungsi bagaimana mengintegrasikan semua tujuan nasional, kemudian foreign policy dan juga di national security policy atau nasional. Divestasi ini akan berhubungan sangat erat militer.

“Kedua-duanya itu yang faktor terpenting. Nah, yang tidak dimiliki Indonesia hari ini adalah kesadaran bahwa ancaman di mana pun itu akan berdampak kepada kita. Dan yang kedua, kita tuh enggak punya apa yang kalau di China disebut sudah go spirit, dan itu adalah spirit of the great powers. Di kita itu enggak ada dan ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kita menjadi negara Poros Maritim dunia, semua orang mentertawakan bukannya malah mendukung,” sebutnya. (Jal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *