Kehadiran Medsos Tantangan Terbesar bagi Media Layanan Publik

by
Peluncuran buku karyanya yang berjudul "Atas Nama Publik: Transformasi Lembaga Penyiaran Publik Sebagai Media Layanan Publik Multiplatform" di Media Center Gedung Nusantara III di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (25/8/2021). (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kehadiran media baru berbasis internet bernama media sosial (medsos) yang bekerja cepat menyebarkan informasi, adalah tantangan terbesar bagi media layanan publik atau public service. Apalagi, medsos kerap menyajikan hoaks (berita bohong), ujaran kebencian, fake news, rekayasa dan manipulasi suara dan gambar untuk mengacaukan pemikiran publik, dalam arti yang lain pembodohan publik.

Pendapat ini disampaikan wartawan senior yang juga Anggota Dewan Pengawas (Dewas) Layanan Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RI), Freddy Ndolu saat peluncuran buku karyanya yang berjudul “Atas Nama Publik: Transformasi Lembaga Penyiaran Publik Sebagai Media Layanan Publik Multiplatform” di Media Center Gedung Nusantara III di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (25/8/2021).

Karena itu, Freddy mengatakan bahwa untuk menangkal gempuran medsos, media pelayanan publik harus tampil di garis depan sebagai penjernih (purifier) iklim informasi yang keruh untuk menaikan tingkat kecerdasan publik.

“Tetapi persoalan menjadi tidak mudah karena media layanan publik sendiri dihadapkan pada tiga krisis sekaligus, yakni identitas kelembagaan, pembiayaan dan fungsi,” sebutnya.

Freddy menyampaikan bahwa pekerjaan mencerdaskan bangsa tidak bisa dilakukan hanya oleh satu badan atau sebahagian lembaga tetapi oleh seluruh elemen bangsa maupun individu.

“Termasuk membenahi media layanan publik untuk berfungsi mencerdaskan bangsa hanyalah satu langkah kecil dalam keseluruhan sistem bernegara,” pungkasnya.

Sementara dalam bukunya penelusuran yang dilakukan penulis memperlihatkan bahwa menjaga marwah media layanan publik sebagai penjaga kebenaran berbasis moral bukankah sesuatu yang mudah di sejumlah Negara. Kepentingan politik berkeadilan menyelinap masuk untuk menguasai ruang publik demi kepentingan politik jangka pendek (next election), padahal kerja media sebagai pilar keempat demokrasi (fourth estate of demnocracy) adalah menyiapkan landasan hari ini untuk generasi berikutnya (next generation).

Peluncuran buku ini menghadirkan narasbumbe seperti, Wakil Ketua Baleg DPR RI Fraksi Partai NasDem, Willy Aditya, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Muklis Basri, Dewan Pers, Asep Setiawan, Pakar hukum tata negara, Dr. Margarito Kamis. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *