Oleh: Kanti W Janis (Seorang penulis, pengacara, dan menjabat Sekum Satupena)
DALAM politik praktis, semuanya hanya demi kepentingan detik ini. Penonton jangan terlalu baper (dibawa perasaan). Supaya nanti tidak ngedumel, “Saya sudah bantu memenangkan, tapi diundang pesta kemenangan aja enggak…”
Belajar pada pemilu presiden (pilpres) kemarin, semua sudah duduk empuk di satu kabinet. Jangan terbawa drama, sampai teralihkan dari isu yang sebenarnya. Bahkan kita juga sudah bisa belajar dari 1998. Rakyat berdarah-darah menurunkan rezim Suharto. Tapi lihatlah siapa yang duduk di elit, masih mereka-mereka juga. Irisannya itu lagi.
Isu yang sebenarnya begitu banyak. Saya mulai dari perampasan lahan, laut, hutan, bahkan sekarang sudah mulai ada penambangan pasir laut di pantai Jepara. Kemudian kedaulatan di ruang siber, data pribadi kita baru dibobol. Daftar masalahnya masih panjang.
Kita semua berhak dan wajib menjaga rumah kita, Indonesia. Kita pemilik negeri ini, bukan cuma mereka yang punya modal untuk pasang reklame.
Demokrasi kita sudah demikian kapitalistiknya, sehingga setiap pemimpin organik yang lahir dari rakyat dimentalkan oleh sistem yang minta imbalan uang banyak.
Untuk memperbaiki negeri ini dibutuhkan lebih banyak orang ‘eling’ (berfikir sehat). ***
