Konsumsi Batik Menurun Tajam, Afif Syakur Rilis Buku Ekspresi Artistik Batik

by
Buku Batikku Afif Syakur dilaunching Desember 2020

BERITABUANA.CO, YOGYAKARTA – Di masa pandemi, para pengrajin batik menjerit dengan kondisi produksi lebih besar dari pada penjualan.

“Masyarakat belum konsumtif alias belum mau membeli produk batik,” kata Afif Syakur, desainer, pemilik label Apip’s Batik dan pembina pengrajin batik di Yogyakarta kepada www.beritabuana.co, Rabu (24/3/202).

Akhirnya, kata Afif, para pengrajin mengurangi dan memberhentikan produksinya. “Bila berproduksipun dalam bentuk produk produk batik yang murah yang dibutuhkan masyarakat dari segala lapisan,” katanya.

Kalau dikatakan overproduksi ia mengatakan, dipastikan iya, “Banyak batik menumpuk. Tapi.ini merupakan
kesempatan kita membuat karya karya baru yang untuk segala zaman yaitu berupa batik klasik.Atau batik unggulan masterpiece yang bisa disimpan untuk para pecinta maupun kolektor batik.”

Ia mengatakan, sebenarnya ada hikmah di masa pandemi dimana kesempatan para pengrajin membuat karya unggulan sebagai jati diri pengrajin itu sendiri.

” Setiap pengrajin harus mampu dan dituntut berkreasi untuk mempunyai spesifikasi karya sendiri,” ujar pria asal.Pekalongan ini.

Sebagai pembina pengrajin, Afif tegas mengatakan, apapun keadaan saat ini kita harus hidup berdampingan dengan pandemi dimana kita selalu mampu untuk mengatasi situasi apapun.

Pada Desember tahun lalu, Afif membuat buku Batikku Afif Syakur yang bercerita tentang konsep pikiran dan pandangan dalam membuat karya batik.

” Buku buku sebelumnya sekedar buku kecil tentang selayang pandang batik Indonesia. Batik dengan daur hidup manusia.”

Afif, 55 tahun, merupakan generasi ke-4 pengrajin batik asal Pekalongan yang dalam kurun waktu 26 tahun telah mengamati batik-batik yang ada di seluruh pelosok tanah air, yang mempunyai karakter dan dimensi kedalaman berbeda, serta menelusuri serat-serat kain batik tempo dulu yang kemudian menemukan ide-ide baru dalam mengungkapkan ekspresi artistiknya.

Ketertarikan terhadap eksotisme batik dan semangat untuk melestarikan salah satu karya luhur bangsa ini telah mendorong Afif untuk mengolah pemikiran-pemikiran baru tersebut dalam pengembangan batik dan menunjang kegiatan yang bersifat langsung dan pengembangan kreatifitas para seniman daerah.

Kecintaan Afif terhadap batik dibuktikan dengan koleksi kain batik antik dan kebaya peranakan yang dimilikinya sejumlah 3.000 potong merupakan batik unggulan hasil karya para pakar batik tempo dulu.

Koleksi batik tersebut dijadikannya sebagai modal untuk pengembangan batik sekaligus inspirasi dalam hasil desain desain batik produknya, seperti sarung selendang, bahan kemeja, stola, pareon dan bahan-bahan yang dikenakan untuk pakaian pria dan wanita.

Afif juga dikenal sebagai penasehat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Yogyakarta yang sekarang telah berganti menjadi Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan salah satu ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekarjagad serta Pengurus Yayasan Batik Indonesia

” Bagi saya batik adalah roda kehidupan bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan memerlukan inovasi sebagai syarat keabadian budaya batik.”(efp)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *