Membedah Teknologi Cortez, MPV Masa Depan

by

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Ketika di perkenalkan dua tahun yang lalu kehadiran Wuling Cortez di pasar mobil keluarga Indonesia atau MPV belum menjadi pesaing yang diperhitungkan produsen mobil sejenis yang hadir terlebih dahulu.

Saat awal Wuling Cortez cuma dilebgkapi transmisi i-AMT atau transmisi manual yang dibikin matik dengan cengkeraman tradisional. Sistem dikendalikan secara komputerisasi, bukan kaki kiri di pedal kopling. Perbedaan visual antara i-AMT dan otomatis konvensional berupa posisi roda gigi. Girboks otomatis konvensional memiliki PRNDL/PRND2L/PRNDS (+/-). Sedang i-AMT punya konfigurasi RNDS (+/-) berbeda dalam posisi ‘P’ untuk Parking.

Tak lama kemudian Cortez meningkatkan performanya dengan menghadirkan peranti CVT atau singkatan dari Continous Variable Transmission. Teknologinya lebih unggul dari jenis i-AMT. Karena pada Girboks CVT punya perpindahan gigi lebih baik.

Kehadiran Cortez bertransmisi CVT menjadi pilihan alternatif pada mobil keluarga. Lalu apa saja kelebihan jenis girboks, selain penyaluran lebih halus, juga konsumsi bahan bakar libih irit.
Yang menarik dengan kemampuan teknologi ini dibandrol Rp 255,5 juta tipe Comfortable dan Rp 290 juta tyipe Luxury+. on the road Jakarta.

Girboks CVT punya perpindahan gigi lebih baik. Bahkan bisa dirubah manual dengan enam percepatan. Transmisi 6-speed mengenakan penyaluran tenaga yang dibuat perusahaan asal Jerman, Robert Bosch. Sehingga kemampuan tidak durabilitas transmisinya.

Secara sederhana Kerja transmisi CVT menggunakan sepasang puli yang dihubungkan oleh belt atau sabuk baja. Keduanya terhubung ke tali baja. Bisa membesar dan mengecil serta bergerak ke kiri atau ke kanan menuruti perintah. Sesuai putaran mesin dan laju mobil. Perubahan kedua puli ini membuat diameter sabuk ikut berubah. Besaran inilah yang menjadi rasio gigi pada CVT.

Dengan adanya rasio gigi ini bekerja secara luas pada transmisi CVT untuk membuat perpindahan gigi bergerak secara berkelanjutan. Jadi tidak ada jeda serta entakan di setiap perpindahan gigi. Racikan itulah yang bikin perpindahan gear pada transmisi terasa halus atau nyaris tidak terasa. Bisa Anda bandingkan sendiri tatkala menunggangi mobil bertransmisi matik konvensional.

Transmisi CVT juga memiliki bobot lebih ringan nan kompak dibandingkan matik konvensional. Tentu korelasinya dengan konsumsi bahan bakar mobil. Ia kerap digadang sebagai penentu besaran asupan bahan bakar. Sebab bisa mengatur rasio gigi secara instan dan menjaga putaran mesin (rpm) lebih rendah. Mobil hybrid pun banyak yang menggunakan sistem ini agar makin hemat BBM.

Ia sudah diprogram agar bisa menjaga putaran enjin plus mendistribusi tenaga kian optimal. Dalam beberapa situasi, seperti sedang mendahului kendaraan lain, ini sangatlah berguna. Itulah sebabnya banyak produsen mobil di Indonesia memilih menggunakan transmisi CVT.

Selain CTV Cortez juga dibekali dengan mesin naturally aspirated serta turbo. Yang pertama 4-silinder 1,8-liter DOHC VVT-i. Tenaganya 130 PS pada 5.600 rpm dan torsi puncak 174 Nm di rentang 3.600 – 4.600 rpm.

Sedangkan Wuling Cortez 1.5L turbo pakai enjin empat silinder inline DOHC. Daya terlontar 141 PS, torsi puncak mencapai 250 Nm. Namun khusus turbo berpadu CVT dalam mode berkendara Eco dan Sport. Ramuan inilah yang membuat nilai tambah pada mobil. Selayaknya menjadi diferensiasi dari rival lain.

Ternyata bukan hanya itu saja, Cortez dilengkapi fitur keselamatan yang mempuni mulai dari front and side airbag, Traction Control System (TCS), Electronic Stability Control (ESC), Emergency Stop Signal (ESS), Hill Hold Control (HHC). Tersedia pula Tire Pressure Monitoring System (TPMS), ISOFIX, Automatic Vehicle Holding (AVH), Electric Parking Brake (EPB). Lalu sebagai sistem deselerasi, unit diberi ABS, EBD, Brake Assist.

Sebagai bukti keadalan Wuling Cortez CT adalah berhasil meraih penghargaan Best of Medium MPV Gasoline 2020 dalam ajang OTOMOTIF AWARD 2020.(Savor)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *