22 Taun Reformasi: Harapan Fahri, Jangan Ada Pejabat Gampang Tersinggung

by
Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Dua puluh dua tahun yang lalu, atau tepatnya 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai presiden usai berkuasa kurang lebih 32 tahun. Sejak itu, Orde Baru berakhir dan digantikan dengan era yang disebut Reformasi.

Mantan aktifis 1998 yang pernah menjabat Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019, Fahri Hamzah mengungkapkan peristiwa lengsernya Soeharto oleh para mahasiswa kala itu, terjadi karena dorongan atas kerinduan untuk memperbaiki keadaan dan kebebasan.

“Ini ikhtiar untuk membangun kebersamaan. Indonesia punya sejarah Federasi. Tapi kita bergerak menjadi negara Kesatuan,” ungkap Fahri melalui pesan singkatnya yang diterima media, Jumat (22/5/2020).

Wakil Ketua Umum Partai Gelora mengatakan, reformasi secara tidak langsung telah merubah total konstitusi. Bahkan untuk mengawal tersebut, Mahkamah Konstitusi (MK) pun hadir ditengah kehidupan bernegara.

“Dengan lahirnya institusi negara tersebut, maka pejabat negara tidak ada yang boleh merasa diri paling hebat. Jangan pula ada pejabat yang gampang tersinggung. Itu tradisi ngawur,” jelas Fahri.

Karena itu, dirinya pun meminta kepada para pemimpin agar memahami prinsip-prinsip tersebut, sehingga tidak ada lagi gerakan massa yang menjatuhkan kekuasaan.

“Belum lagi saat harus berurusan dengan Kementerian Keuangan terkait anggaran dan Kementerian Sosial terkait bantuan. Kondisi ini membuat kita tak cepat tanggap karena sistem yang mengintegrasikan aturan serta kewenangan lintas kementerian belum terbangun baik,” terangnya. (Kds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *