AHY: Kebijakan Tarif Tinggi Trump Picu Eskalasi Konflik Global

by
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Foto; YouTube)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengemukakan bahwa kebijakan ekstrem Presiden AS Donald trump yang mengobarkan kembali perang dagang ke seluruh dunia bisa memicu eskalasi konflik global yang sedang berlangsung saat ini.

AHY menambahkan, kebijakan Trump telah mendorong fragmentasi dan polarisasi global, baik secara ekonomi maupun politik dan keamanan.

“Polarisasi ini bisa memperparah konflik regional yang sudah ada, termasuk yang tengah terjadi di kawasan Asia Pasifik. Dalam situasi ini, relasi internasional tidak lagi dibangun atas dasar kesetaraan dan rasa saling percaya, melainkan dominasi satu pihak atas yang lain,” ujarnya, saat membuka panel diskusi The Yudhoyono Institute di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (13/4/2025).

Selain itu, imbuhnya, ketegangan di berbagai konflik global, seperti perang Rusia-Ukraine, eskalasi krisis di Gaza dan Iran, serta konflik kering teritorial, Laut China Selatan, bisa menjadi jauh lebih berbahaya.

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan itu menegaskan dunia, termasuk Indonesia, harus bersiap dengan skenario terburuk, yaitu pecahnya perang terbuka di sejumlah kawasan.

“Saat kekuatan besar bertarung untuk dominasi, Indonesia harus bekerja keras untuk mempertahankan kedaulatannya, serta terus memperjuangkan masa depannya yang gemilang,” tuturnya.

Reformasi Kebijakan Ekonomi

Ditempat yang sama, Chairman CT Corp Chairul Tanjung, menambahkan, kondisi global yang kian tak menentu akibat kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat Indonesia perlu melakukan reformasi dari sisi kebijakan ekonomi.

Kebijakan tarif tinggi Trump yang menyasar semua negara pasti berpengaruh terhadap Indonesia. Jika tidak diantisipasi, maka akan berdampak signifikan yang berujung pada lesunya ekonomi dalam negeri.

“Kalau kita tidak cepat melakukan reform, maka kita masuk dalam karakter yang namanya circle down on economy,” ujarnya.

Menurutnya, peningkatan tarif tersebut akan langsung berdampak kepada permintaan yang menurun. Hal tersebut akan membuat harga komoditas ikut melemah, padahal ekonomi Indonesia sangat bergantung pada komoditas.

“Kedua, pertumbuhan ekonomi turun akan berlaku juga untuk turunnya investasi. Nah, kalau investasi turun, harga komoditas turun, fiskal kena pengaruhnya. Yang akan terjadi adalah pemerintah dunia usaha akan melakukan yang namanya radical efficiency. Ini akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, berpengaruh terhadap layoff,” tuturnya.

Perlu diketahui, Trump mematok tarif 32% untuk impor barang dari Indonesia yang sementara ditangguhkan selama 90 hari. (Ram)