BERITABUANA.CO, KUPANG – Konflik yang terjadi pada Senin (21/10/2024) pagi antara Desa Bugalima, Ile Pati dan Desa Kimakamak di Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, tidak akan membawa kemajuan bagi daerah.
Hal ini disampaikan Pj. Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, saat meninjsu langsung lokasi konflik, Kamis (24/10/2024) didampingi Pj. Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid, Unsur Forkopimda dan juga Pimpinan Perangkat Daerah.
Andriko Susanto beserta rombongan langsung menuju ke lokasi terdampak konflik, tepatnya di Desa Bugalima untuk memantau situasi dan kondisi beberapa rumah, yang telah habis terbakar serta melakukan tatap muka dengan penduduk setempat. Ia juga mengunjungi dan bertatap muka dengan penduduk di Desa Kimakamak. Sementara Desa Ile Pati tidak sempat dikunjunginya.
“Ketika mendengar terjadi konflik antar desa di Adonara, terlebih adanya korban jiwa dan banyak rumah yang terbakar, saya memutuskan untuk segera ke sini. Kami meminta maaf kepada keluarga korban, karena juga akibat kelengahan kami, makanya hal ini bisa terjadi,” ujar Andriko Susanto.
Andriko Susanto meminta kepada Pemkab Flores Timur dan jajaran, untuk secepatnya segera menangani dan melakukan upaya-upaya rekonsiliasi dan mediasi, dengan terus melakukan koordinasi bersama forkopimda dan pihak-pihak terkait agar permasalahan konflik ini dapat segera teratasi.
“Ini sudah terjadi, kita harus tanggap urus ini semua. Prinsipnya jajaran Pemprov akan selalu support untuk selesaikan ini persoalan. Terkhusus para korban jiwa, korban luka-luka, dan yang mengungsi, semua bantuan, pakaian, makanan, alas tempat tidur, kebutuhan dapur semuanya akan disiapkan oleh pemerintah. Sekecil apapun yang para korban butuhkan akan disiapkan oleh Pemda,” ucap Pj. Gubernur.
Pj. Gubernur Andriko juga mengharapkan masyarakat desa setempat dapat tetap tenang dan menahan diri dan tidak mudah terprovokasi serta mengikuti proses hukum yang berlaku dengan baik.
“Saya juga menghimbau kepada kita semua, warga masyarakat di sini untuk tidak mudah terprovokasi, dan jangan menyimpan dendam. Hati yang panas untuk kita sejukan karena kita tidak ingin ini semua terulang lagi dikemudian hari. Percayakan semua kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memfasilitasi proses semuanya sesuai aturan agar berjalan baik kedepan,” jelas Andriko.
Andriko Susanto berharap, agar konflik pertikaian ini tidak terulang lagi, maka harus cari akar persoalannya, dengan deteksi dini. Terlebih persoalan ini sudah lama terjadi dan hingga kini belum ditemukan titik solusinya bagi desa-desa yang terlibat konflik.
“Akar permasalahan harus kita urai dan kaji dengan jeli, dengan pendekatan-pendekatan dan cara terbaik, agar bisa hasilkan jalan tengah dimana solusi tersebut dapat disepakati dan dipatuhi bersama,” Andriko Susanto.
Tidak lupa, Andriko juga mengingatkan warga desa setempat untuk membuang jauh-jauh pola pikir perang antar desa, yang tidak sepatutnya terjadi sehingga malah akan menimbulkan kerugian dan kemunduran bagi masyarakat setempat dan juga berdampak buruk bagi generasi muda.
“Istilah perang antar desa itu seharusnya tidak ada. Yang seharusnya terjadi itu adalah hidup damai antar desa. Jika ada permasalahan, itu wajar dan itu dinamika kita dalam kehidupan bermasyarakat,” kata dia.
Namun permasalahan itu harus diselesaikan dengan kepala dingin, tambah Andriko Susanto, dengan baik dan damai. Apapun persoalannya, duduk diskusi bersama sesuai aturan, bukan dengan tindakan anarkis seperti ini.
“Justru dengan berbagai potensi hasil bumi di desa yang kita miliki, harusnya kita bekerja sama. Kita kelola sebaik-baiknya, agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi warga desa. Kasihan generasi muda kita ke depan, jika kita memberi contoh hal-hal Nurul,” tegas dia lagi. (*/iir)