Dua Pidato Presiden dan Perubahan Nasib Bangsa Kita

by
Fahri Hamzah, Wakil Menteri PKP RI dan Ketua Umum DPP Partai Gelora Indonesia. (Foto: Istimewa)

Oleh: Fahri Hamzah
(Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman/PKP, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora Indonesia, Wakil Ketua DPR RI periode 2014–2019)

KEMARIN, Jumat, 15 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan dua pidato penting dalam rangka Sidang Tahunan MPR RI serta penyampaian RAPBN 2026 dan Nota Keuangan di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat.

Dua pidato ini bukan hanya menandai momentum kenegaraan, tetapi juga menjadi titik refleksi sekaligus sumber optimisme atas perubahan nasib bangsa Indonesia menuju cita-cita besar: keadilan, kemakmuran, dan kedaulatan. Ini adalah pidato kenegaraan pertama Presiden Prabowo sekaligus RAPBN perdana yang disusun Kabinet Merah Putih.

Pidato Kenegaraan: Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan

Pada pidato pertama di pagi hari, Presiden Prabowo tampil sebagai kepala negara. Ia menekankan pentingnya meneladani perjuangan para pendiri bangsa dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia.

Presiden juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh presiden RI terdahulu—termasuk yang hadir dalam sidang—atas kontribusi mereka dalam meletakkan fondasi pembangunan nasional, mulai dari integrasi wilayah, pembangunan infrastruktur, hingga pemulihan ekonomi pasca krisis.

Prabowo menegaskan bahwa kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang membebaskan rakyat dari kemiskinan dan penderitaan. Ia mengingatkan pentingnya menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33, agar manfaat pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selain itu, presiden menekankan perlunya kebersamaan, transparansi, dan pengawasan yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan—khususnya dalam pemberantasan korupsi, salah satu tantangan besar bangsa hingga hari ini.

“Rakyat harus sejahtera. Kalau rakyat tidak sejahtera, kita gagal sebagai negara merdeka,” tegas Prabowo.

Pidato RAPBN 2026: Kebijakan Ekonomi untuk Rakyat

Pada pidato kedua di sore hari, Prabowo berbicara sebagai kepala pemerintahan. Fokusnya adalah kebijakan fiskal berkeadilan dalam RAPBN 2026.

Ia menekankan efisiensi anggaran, termasuk pengalihan dana ratusan triliun rupiah dari pos-pos rawan penyimpangan ke program nyata untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan daya saing bangsa.

Beberapa program prioritas yang ditegaskan antara lain:

  • Program makan bergizi gratis bagi puluhan juta anak sekolah dan ibu hamil, sebagai investasi terbaik untuk masa depan bangsa.
  • Sekolah rakyat, revitalisasi sekolah, dan cek kesehatan gratis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
  • Pembentukan Data Tunggal Kesejahteraan (DT-SEN) agar bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran.
  • Pembukaan jutaan hektare lahan sawah baru guna memperkuat ketahanan pangan dan menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia.
  • Penguatan koperasi desa dan stimulus UMKM sebagai strategi pemerataan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Prabowo juga secara terbuka mengakui adanya distorsi dalam sistem ekonomi selama ini, dan menegaskan komitmennya untuk mengambil langkah berani menyelamatkan kekayaan bangsa agar kemakmuran benar-benar dinikmati seluruh rakyat.

Perubahan Nasib Kita

Dua pidato kenegaraan Presiden Prabowo kemarin menegaskan bahwa perubahan nasib bangsa adalah tanggung jawab bersama: pemerintah dan rakyat. Kata-katanya masih memiliki tenaga yang kuat—lahir dari kejujuran, keberanian, dan optimisme tentang masa depan bangsa.

Di bawah kepemimpinannya, perubahan nasib bangsa diwujudkan melalui reformasi hukum, pemberantasan korupsi, serta program-program yang langsung menyentuh kebutuhan dasar rakyat: pangan, pendidikan, perumahan, dan kesehatan. Inilah yang kita kenal sebagai dua tema besar pemikiran Prabowo: hentikan kebocoran dan hentikan ketimpangan.

Melalui dua pidato ini, tersirat optimisme bahwa nasib bangsa Indonesia akan berubah ke arah lebih baik jika semangat gotong royong, keberanian berbenah, dan konsistensi menjalankan konstitusi terus dijaga.

Prabowo mengajak rakyat menghadapi tantangan secara jujur dan terbuka. Sebab hanya dengan langkah nyata dan berani, kemerdekaan sejati serta kesejahteraan abadi dapat diwujudkan.

Semoga pidato presiden di Senayan menjadi sumber optimisme kolektif, menyalakan obor semangat menuju Indonesia Emas 2045, tepat 100 tahun Indonesia merdeka.

80 Tahun Kemerdekaan RI. Gelora Indonesia… Merdeka! ***