BERITABUANA.CO, JAKARTA – Ketua Pembinaan Yayasan Salman Peduli Berkarya, Heikal Safar yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Indonesia Mandiri bersama Ketua Yayasan Salman Peduli Berkarya, Nofalia Heikal Safar yang juga Ketua Umum Gerakan Dapur Indonesia menghadiri undangan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI). Kedatangannya disambut langsung Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga sebagai Menteri Agama (Menang) RI Prof.Dr.KH. Nasruddin Umar, MA, di ruang VVIP Masjid Istiqlal, Taman Wijayakusuma, Jumat (25/4/2025). Tujuannya sendiri mewujudkan kolaborasi strategi meluncurkan Program Peduli Thalassaemia.
Dijelaskan Heikal Safar, Program Peduli Thalassaemia ini merupakan hasil sinergi antara Istiqlal Halal Center (IHC) yang dikomandani oleh H. Nur Khayin Muhdlor, Lc., M.E., Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) yang diwakili oleh Dr. Apt. Adang Fisrmansyah, M.Si., dan Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) melalui perwakilannya Oktariono Hendratama.
“Pada Acara launching dan MoU tersebut, disamping dirinya dan Nofalia Haikal, juga hadir perwakilan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI).” jelas Ketum GIM, Heikal Safar, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/4/2025)
Heikal Safar mengungkapkan dalam Acara tersebut ditandai dengan peluncuran simbolis program skrining dan edukasi thalassaemia, yang menyasar 3.000 peserta pada tahap awal. Para peserta akan mendapatkan layanan skrining genetik serta edukasi pencegahan penyakit yang jumlah penderitanya terus meningkat di Indonesia.
Berdasarkan data tahun 2024, jumlah kasus thalassaemia di Indonesia telah mencapai lebih dari 13.000, dengan konsentrasi tertinggi di Jawa Barat, khususnya kota Bandung.
“Peluncuran ini juga menandai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara lembaga-lembaga terkait untuk memperkuat kerja sama jangka panjang dalam integrasi nilai-nilai halal ke dalam sistem layanan kesehatan. Program ini bertujuan menggabungkan pendekatan iman, ilmu, dan aksi sosial dalam menciptakan ekosistem halal yang inovatif dan inklusif.” ungkap Heikal Safar
Dengan semangat kebersamaan yang tinggi itu, Haikal Safar menyambut antusias program kolaborasi lintas sektor, program peduli thalassaemia itu. Hal ini akan menjadi langkah konkret dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih sehat dan berkeadilan, dengan masjid sebagai titik sentral gerakan sosial dan spiritual bangsa.
Sementara Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar yang juga Menteri Agama RI dalam sambutannya menegaskan pentingnya masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat edukasi dan layanan sosial masyarakat, termasuk dalam isu kesehatan.
“Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban dan kepedulian terhadap sesama. Kami berharap kolaborasi ini membawa dampak nyata bagi generasi muda bangsa,” katanya.
Lebih lanjut, Nazaruddin Umar menjelaskan bahwa program ini turut mengedepankan prinsip halal dan thayyib pada produk herbal yang mendukung terapi thalassaemia, seperti BRAZ 131.
“Kami memastikan keamanan, kehalalan, dan kebermanfaatan produk. Sinergi riset dan inovasi halal di bidang farmasi akan menekankan aspek etika, kemaslahatan, dan keberlanjutan,” jelasnya.
Direktur IHC H. Nur Khayin Muhdlor menekankan pentingnya peran kolaboratif berbagai pihak dalam pencegahan thalassaemia.
“Program ini bukan sekadar langkah medis, tetapi sebuah gerakan kemanusiaan yang menyatukan iman, ilmu, dan aksi sosial,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa program ini telah mendapatkan dukungan awal dari PT Pos Indonesia dan JNE melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR), yang turut membiayai kegiatan skrining dan edukasi masyarakat.
Keterlibatan sektor logistik dan BUMN ini membuktikan bahwa isu kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, Direktur IHC mengajak institusi pendidikan, pelaku usaha, lembaga filantropi, serta masyarakat umum untuk turut ambil bagian dalam menyukseskan program ini.
“Mari kita bersama wujudkan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan bebas thalassaemia dalam ekosistem halal yang inovatif dan inklusif,” pungkas H. Nur Khayin Muhdlor. (Kds)