Serap Aspirasi di Jatisinga, Marlyn Sampaikan Strategi Peningkatan Kesejahteraan dan Penanganan Masalah di Bogor Barat

by
Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, Marlyn Maisarah bersama tenaga ahlinya, Fadzar Firdaus dan Wahyudin, serta Kepala Desa Jasinga, Badrudin Slamet, di Jatisinga, Bogor, Jawa Barat, Minggu kemarin (22/12/2024), terjun kelokasi guna menyerap aspirasi masyarakat setempat. (Foto: Dok. Pribadi)

BERITABUANA.CO, BOGOR – Pengelolaan sampah yang belum memadai, menjadi salah satu isu utama di Kecamatan Jasinga, Bogor Barat. Permasalahan ini berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Permasalahan ini terungkap saat Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, Marlyn Maisarah bersama tenaga ahlinya, Fadzar Firdaus dan Wahyudin, serta Kepala Desa Jasinga, Badrudin Slamet, di Jatisinga, Bogor, Jawa Barat, Minggu kemarin (22/12/2024), terjun kelokasi guna menyerap aspirasi masyarakat setempat.

Dikemukakan Marlyn bahwa minimnya pengelolaan sampah yang baik, menyebabkan tumpukan sampah terus meningkat setiap tahun. Selain itu, minimnya penerangan jalan meningkatkan risiko kecelakaan dan tindak kriminal.

“Wilayah ini juga rentan terhadap bencana seperti banjir dan longsor,” ungkap politisi Partai Gerindra itu.

Dalam perbincangan dengan Marlyn, salah satu warga menyoroti masalah irigasi yang tidak optimal, yang menyebabkan alih fungsi lahan dari sawah basah menjadi sawah tadah hujan akibat kurangnya pasokan air. Data BPS menunjukkan bahwa alih fungsi lahan pertanian terus meningkat, sehingga menurunkan produktivitas pertanian.

Selain itu, pesatnya pembangunan pabrik dan industri di Kecamatan Tenjo juga menjadi perhatian. Hal ini mengurangi luas lahan pertanian dan memicu kekhawatiran terhadap keberlanjutan ketahanan pangan. Sebagai salah satu wilayah penyangga pangan Kabupaten Bogor, ancaman ini dinilai serius.

“Tanpa kebijakan yang berpihak pada perlindungan lahan pertanian, ancaman terhadap ketahanan pangan semakin nyata,” ujar salah seorang warga Kecamatan Tenjo.

Bahkan di Parung Panjang, sebut warga itu, aktivitas penambangan menyebabkan kerusakan parah pada jalan raya, menghambat mobilitas warga, serta memicu debu dan polusi dari truk tambang yang meningkatkan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

“Untuk itu, kami pernah mendesak pemerintah untuk menyediakan jalur khusus tambang guna meminimalkan dampak negatif aktivitas tersebut,” ujarnya seraya juga mengeluhkan keterbatasan fasilitas kesehatan di wilayah ini juga memaksa masyarakat mencari pengobatan ke daerah lain seperti Tangerang, Banten, yang dinilai tidak ideal mengingat terus bertambahnya kepadatan penduduk.

Menanggapi keluhan warga, Marlyn Maisarah menyampaikan berbagai program strategis untuk mengatasi persoalan ini. Dalam jangka panjang, ia mengusulkan program makan siang gratis bagi anak-anak untuk meningkatkan gizi mereka sekaligus menjadi investasi jangka panjang bagi masyarakat.

“Program ini juga dirancang untuk memberdayakan ekonomi lokal melalui kerja sama dengan petani dan penyedia pangan di Bogor Barat, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru,” paparnya lagi.

Menurut Marlyn, kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat menjadi kunci dalam penyelesaian masalah infrastruktur, lingkungan, dan kesehatan. Dengan dukungan semua pihak, dirinya optimistis bahwa program-program ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat Bogor Barat, menjadikannya wilayah yang lebih layak huni, produktif, dan berkelanjutan.

“Jika dijalankan dengan baik, Bogor Barat berpotensi menjadi contoh keberhasilan pembangunan inklusif di Indonesia, tutup Marlyn Maisarah. (Ery)