BERITABUANA.CO, GAZA CITY – Militer Israel mulai bingung. Keyakinan PM Israel Benjamin Netanyahu yang dapat menangkap pimpinan HAMAS di mana saja dengan menggerakan segala kemampuan militer sampai Mosad (Badan Intelejen Israel), ternyata tidak berhasil.
Akhirnya, saat ini militer Israel menawarkan kepada seluruh warga, khususnya warga Jalur Gaza sejumlah uang sebesar US$ 400 ribu, atau setara Rp 6,2 miliar, bagi yang bisa memberikan Informasi yang benar tentang keberadaan Yahya Sinwar yang merupakan pemimpin Hamas di daerah kantong Palestina tersebut.
Seperti dilansir The Times of Israel, Jumat (15/12/2023), tawaran imbalan itu tercantum dalam selebaran yang disebarkan Israel di wilayah Jalur Gaza, yang fotonya beredar luas di media sosial. Selebaran itu juga mencantumkan foto para pemimpin dan komandan Hamas yang diburu.
Sinwar sendiri mengambil alih kendali atas Hamas di Jalur Gaza sejak tahun 2017 lalu, atau beberapa tahun setelah dia dibebaskan dari penjara Israel bersama lebih dari 1.000 tahanan Palestina lainnya.
Pembebasan itu merupakan bagian dari pertukaran dengan pembebasan tentara Israel, Gilad Shalit, yang ditahan Hamas.
Haniyeh mengatakan Hamas siap melakukan pembicaraan yang bisa mengarah ke “jalur politik yang menjamin hak rakyat Palestina atas negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.”
Selain itu, Haniyeh juga menyambut baik resolusi Majelis Umum PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza.
Dia turut memuji upaya Arab Saudi dan komite menteri yang ditugaskan KTT Gabungan Luar Biasa Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengakhiri konflik Gaza.
Pernyataan ini dikeluarkan Hamas beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut Gaza akan ada di bawah kontrol militer Israel, setelah agresi usai.
Dalam rapat tertutupnya bersama parlemen Knesset beberapa waktu lalu, Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan terus melancarkan agresi sampai Hamas kalah.
Dalam transkrip pernyataan Netanyahu yang bocor di beberapa media Hebrew, sang PM juga berupaya mencegah Otoritas Palestina menguasai Jalur Gaza kala agresi Israel berhenti.
Selama rapat, Netanyahu juga mengatakan bahwa Gaza akan berada di bawah kontrol militer Israel. Meski begitu, urusan administratif Gaza akan diurus oleh “otoritas sipil”.
“Setelah perang, sebuah administrator sipil akan beroperasi di Gaza dan Jalur Gaza akan direhabilitasi di bawah kepemimpinan negara Teluk Arab. Kami tidak akan menyerah pada tekanan internasional,” kata Netanyahu.
Sebelumnya Israel dan Hamas sempat sepakat gencatan senjata pada 24 November dan berakhir pada 30 November.
Gencaran senjata itu menghasilkan pembebasan sebagian sandera di Gaza dan tahanan Palestina dari penjara Israel. Namun setelah gencatan senjata berakhir, Pasukan Zionis tetap lanjut menggempur Gaza.
Hingga kini, korban tewas akibat serangan Israel mencapai lebih dari 18.000 jiwa di Palestina. (Kds)