Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Bawa Efek Gerus Suara Ganjar di Jateng

by
Ketum DPN Partai Gelora Anis Matta saat menerima Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka. (Foto: GMC)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia saat ini tengah membedah peta kekuatan politik tiga pasangan calon (paslon) presiden-wakil presiden yang akan bertarung dalam kontestasi Pilpres 2024. Peta kekuatan politik yang dibedah merupakan titik-titik hotspot penentu suara kemenangan di Pilpres 2024, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPN Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks bertajuk ‘Adu Kuat di Jawa Tengah: Ganjar Vs Gibran’ yang digelar secara daring dan disiarkan langsung di kanal YouTube Gelora TV, Rabu petang.

Pembedahan titik hotspot dan peta kekuatan para kandidat capres-cawapres, lanjut Mahfuz, dilakukan Partai Gelora mulai dari Jawa Tengah, berikutnya Jawa Timur, Jawa Barat dan seterusnya.

“Wilayah tersebut, menjadi titik hotspot, titik-titik panas kontestasi yang akan menentukan Pilpres 2024,” katanya.

Di Jawa Tengah (Jateng), kata Mahfuz, peta kekuatan politik masih didominasi pasangan Ganjar-Mahfud dan mesin politik nya PDI Perjuangan. Namun, kehadiran putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto, setidaknya mulai membawa perubahan peta politik, karena berpotensi menggerus suara Ganjar Pranowo.

“Gibran yang dianggap mewakili basis massa Pak Jokowi di Pipres 2019, akan berhadap-hadapan dengan basis mesin PDI P dan ketokohan Ganjar. Ini (Gibran efek) sejauh mana pengaruhnya,” ujar Mahfuz.

Sementara untuk kekuatan politik di wilayah lainnya di Pulau Jawa, menurut Mahfuz, tentunya akan memiliki peta kontestasi yang berbeda, namun hasil tetap menentukan suara kemenangan di Pilpres 2024.

“Tetapi ketika menyimak dari beberapa lembaga survei, ada tren peningkatan elektablitas pasangan Prabowo-Gibran. Sebaliknya pasangan Ganjar-Mahfud dalam beberapa hari terakhir mengalami tren penurunan,” ungkapnya.

Sebagai orang lapangan, dirinya paham banyaknya variabel yang mempengaruhi fluktuasi elektabilitas seorang kandidat, seperti instrumen teritorial dan kekuatan mesin politik partai. Jadi untuk memenangkan pilpres ini, bukan hanya aspek komunikasi atau permainan opini saja, tapi banyak variabel yang mempengaruhi fluktuasi elektabilitas pasangan calon.

“Nah, variabel-variebel itu semua yang akan menentukan hasil akhir,” demikian eks anggota Dewan yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR RI mengakhiri pengantarnya. (Ery)