Jokowi: Pemimpin Indonesia Ke Depan Harus Berani dan Bernyali Tinggi, Bukan yang Cari Aman Serta Duduk Enak di Istana

by
NAIK TANK AMFIBI: Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono saat mengecek pasukan dalam rangka HUT Ke-78 TNI di Lapangan Monas, Jakarta. FOTO: ISTIMEWA

BERITABUANA.CO, JAKARTA– Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian dan bernyali tinggi untuk bisa mewujudkan Indonesia menjadi negara maju.

Hal itu disampaikan Jokowi saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional Solidaritas Ulama Muda Jokowi (SAMAWI) 2023 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (7/10/2023) malam.

“Ke depan dibutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian. Dibutuhkan pemimpin yang bernyali, memiliki nyali yang tinggi. Dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil risiko karena yang dihadapi ke depan akan semakin kompleks, semakin sulit dan semakin tidak mudah,” kata Jokowi.

Jokowi menuturkan, jika Indonesia tidak memiliki pemimpin yang berani, maka Indonesia akan sulit menjadi negara yang disegani.

“Bayangkan kalau kita memiliki pemimpin, kita ingin mengolah misalnya nikel kita sendiri di sini, kemudian digugat Uni Eropa, kemudian (pemimpinnya) takut dan mundur. Gimana? Sehingga kita ekspornya mentahan terus, tidak barang jadi yang memiliki nilai tambah yang besar,” tuturnya.

Karenanya, Jokowi menekankan tiga periode kepemimpinan ke depan memegang peranan kunci agar Indonesia bisa melompat menjadi negara maju, sehingga dia menyerukan agar rakyat Indonesia teliti memilih pemimpin ke depan.

Jokowi juga menyampaikan pernyataan yang sama saat menghadiri acara Relawan Alap-Alap di SICC, Bogor, Jawa Barat, Sabtu siang.

“Tantantan ke depan bukan makin ringan, tetapi makin berat, adanya perang, perubahan iklim pangan, dibutuhkan pemimpin yang berani, pemimpin yang punya nyali. Jangan digertak negara lain ciut. Jangan didugat oleh Uni Eropa ke WTO kita jadi grogi,” ucap Jokowi.

Jokowi mengatakan, tidak boleh negara sebesar Indonesia memiliki pemimpin yang bernyali ciut ketika digertak negara manapun. “Pemimpin harus berani mengambil resiko, pemimpin politik betul. Jangan yang hanya mau cari selamat, cari enak. Menikmati enaknya duduk di Istana, tidur di Istana,” tutupnya. (FDL87)