Rekonsiliasi dan Legacy Telah Menjadi Brand Prabowo di Pilpres 2024

by
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda. (Foto: GMC)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, rekonsiliasi dan legacy telah menjadi brand Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Hal itu membuat elektabilitas Prabowo relatif stabil dan tinggi, dibandingkan dua kandidat calon presiden (Capres) lainnya, yakni Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

“Posisi Pak Prabowo per hari ini, relatif stabil ya, karena faktor rekonsiliasi dan legacy itu. Pak Prabowo dianggap pemersatu dan melanjutkan legacy Pak Jokowi. Jadi rekonsiliasi dan legacy itu sudah jadi brand Pak Prabowo,” kata Hanta Yuda  dalam diskusi Gelora Talks bertajuk ‘Menanti Kejutan Baru Koalisi Capres 2024’, yang ditayangkan di kanal YouTube Gelora TV, dikutip Sabtu (28/9/2023).

Karena itu, lanjut Hanta, jika Pilpres 2024 diikuti tiga pasangan calon (paslon), maka Prabowo dan Ganjar Pranowo akan masuk putaran kedua, sedangkan Anies Baswedan tidak memiliki potensi menang.

“Tetapi kalau dua poros, dari survei yang kita lakukan antara Ganjar dan Prabowo, masih unggul Prabowo sekitar 10-7 persen,” sebut dia seraya juga mengungkapkan kalau elektabilitas Anies Baswedan masih relatif jauh, meski telah berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB sebagai cawapresnya.

Terkait posisi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hanta melihat kalau Jokowi terkesan main di dua kaki, yakni mendukung Ganjar dan Prabowo. Justru hal ini menguntungkan Prabowo, karena tidak totalitas mendukung Ganjar yang notabene partainya, PDI Perjuangan. Disamping itu, Jokowi sering memperlihatkan kedekatannya dengan Prabowo ke publik.

“Kondisi hari ini kakinya setengah-setengah, ada di Ganjar dan Prabowo. Nah, seperempat lagi ada di Kaesang (Kaesang Pangarep) dan Gibran (Gibran Rakabumi Raka). Kalau PSI sudah dukung Prabowo, dan Gibran jadi wakilnya Prabowo. Itu sudah 100 persen tubuh Pak Jokowi ada di Prabowo,” jelasnya.

Sementara PDI P sendiri, lanjut Hanta, tidak berani bersikap tegas terhadap sikap Kaesang (putra bungsu Jokowi), yang menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), karena PDI P ingin mempersepsikan dekat dengan Presiden Jokowi.  Sebab, kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi mencapai 70-80 persen, menang dua kali Pilpres, memiliki relawan yang solid dan mesin politik tetap terjaga, serta masih mengendalikan jejaring Pemilu, karena masih berkuasa.

“Saya kira Partai Gelora sudah bener gabung ke Prabowo, bukan semata tidak bersama PKS atau Ganjar. Tetapi itu pilihan cepat dan tepat, brand conectionnya semakin bagus karena sudah memperhitungkan kemenangan. Saya yakin Gelora akan dapat cocktail efek dari Prabowo. Ini menarik kalau Gelora masuk pemerintahan, sementara PKS jadi oposisi,” demikian Hanta Yuda. (Asim)