BERITABUANA.CO, NEW DELHI – Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi akan mengakhiri bentrokan antar etnis yang marak di wilayah terpencil Manipur sejak Mei lalu, dan sudah mengakibatkan 150 orang lebih tewas.
Diberitakan AFP, Selasa (15/8/2023), akan dihentikan pertikaian itu karena rival-rival politik Modi mengecamnya. Mereka menganggap Modi gagal menghentikan tindak kekerasan yang marak di negara bagian Manipur. Sementara kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh partai nasionalis Hindu yang menaungi Modi telah mengobarkan konflik.
Saat berpidato dari Benteng Merah yang megah dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan India pada Selasa (15/8/2023) waktu setempat, Modi mengklaim konflik telah mereda dan perdamaian yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ‘harus dilanjutkan’.
“Ini akan membuka jalan bagi sebuah resolusi — yang hanya bisa ditemukan melalui perdamaian,” sebut Modi dalam pidatonya.
Modi mengatakan, semua warga India bersama dengan orang-orang di Manipur, dan pemerintah negara bagian dan pemerintah pusat sedang mengupayakan perdamaian.
Pidato di Benteng Merah untuk menandai peringatan Hari Kemerdekaan India dari Inggris menjadi tradisi tahunan sejak PM pertama negara itu, Jawaharlal Nehru, menjabat. Pidato pada Selasa (15/8/2023) menjadi yang terakhir sebelum pemilu digelar tahun depan, di mana dia akan kembali mencalonkan diri untuk periode ketiga.
Kritikan keras untuk Modi datang dari lawan politik utamanya, Rahul Gandhi, yang menuduh PM India itu ‘bersiap membakar seluruh negeri’ karena gagal mengendalikan konflik di negaranya sendiri
Human Rights Watch, dalam pernyataannya, menuding pemerintah negara bagian Manipur, yang dipimpin oleh partai yang menaungi Modi, telah memfasilitas konflik dengan ‘kebijakan memecah-belah yang memajukan mayoritas warga Hindu’.
Pekan lalu, Modi dengan mudah lolos dari mosi tidak percaya yang diajukan untuk mengecam tindakan pemerintahannya atas kekerasan yang marak terjadi.
Sedikitnya 152 orang tewas dalam rentetan tindak kekerasan di Manipur, sejak bentrokan bersenjata pecah antara etnis mayoritas Meitei yang menganut Hindu dan etnis minoritas Kuki yang menganut agama Kristen.
Puluhan ribu tentara tambahan dikerahkan ke Manipur untuk melakukan patroli, dan jam malam diberlakukan serta aksi internet diputus sementara. (Kds)