Harapan Besar untuk Bangsa Ini di Balik Novel ‘Akulah Banda Naira’ Karya Sekar Ayu Asmara

by
Peluncuran dan bincang novel ‘Akulah Banda Naira’, Selasa kemarin, 20 Juli 2023 di Perpustakaan Baca Di Tebet, Jakarta Selatan. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Seluruh anak bangsa musti paham seperti apa Banda Naira di tengah ke-Indonesia-an kita. Banda Naira adalah salah satu muasal mulanya penjajahan di nusantara.

“Hanya karena buah pala banyak bangsa berdatangan ke kepulauan di Timur nusantara ini lantaran buah pala lebih mahal dari emas. Anak muda generasi sekarang musti mengenal Banda Naira,” jelas Sekar Ayu Asmara dalam pernyataan pertamanya di acara peluncuran dan bincang novel ‘Akulah Banda Naira’, Selasa kemarin, 20 Juli 2023 di Perpustakaan Baca Di Tebet, Jakarta Selatan.

Sekar Ayu Asmara, penulis senior multitalenta yang produktif kembali meluncurkan karyanya. Novel ini mengisahkan cerita cinta sejati dua pasang kekasih di lintasan waktu berbeda. Pemilihan latar Banda Naira ini lah yang membuat novel ini tidak sebatas kisah romansa tapi juga sarat dengan pengetahuan dan sejarah.

Peluncuran dan diskusi dilaksanakan secara hibrida melalui online Live Instagram dan tatap muka. Acara ini menghadirkan Sekar Ayu Asmara dan para pengulas: Halida Hatta, putri bungsu bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, Mita Alwi pengelola The Maulana Hotel di Banda Naira yang cucu dari sejarawan alm. Des Alwi masli Banda.

Ikut membahas juga Debra Yatim, seorang penulis dan jurnalis senior dan Kanti W. Janis, penulis dan kurator dari Indonesian Writers Inc. Acara ini dipandu oleh Deasy Tirayoh, penulis Indonesia Timur berasal dari Kendari Sulawesi Tenggara.

Wien Muldian, CEO dari Indonesian Writers Inc dalam sambutannya mengapresiasi Sekar Ayu Asmara yang sejak 3 tahun terakhir ini mempercayakan karya-karya kreatifnya dikelola oleh IWI sebagai agen naskah sastra dan menghubungkannya ke penerbit dan rumah produksi.

Perbincangan novel ‘Akulah Banda Naira’ dihadiri beragam kalangan yang erat hubungannya dengan sejarah dan kebudayaan, terlihat dengan banyaknya pernyataan dan harapan mengenai kita saat ini  mulai lupa akan sejarah dan budaya. Seperti yang disampaikan salah satu peserta yang menyatakan generasi saat ini mayoritas pasti tidak buah Pala.

“Anak cucu kita tetap tidak mengenal buah Pala. Percuma sastrawan, sejarawan atau budayawan membuat karya yang bertujuan untuk mengenalkan sejarah dan budaya kita ke anak muda, ujuk-ujuk oleh pemerintah karya mereka malah simbolis, dijadikan bingkisan acara pertemuan negara, untuk duta besar,” tuturnya.

Buat Debra Yatim buku ini sangat penting. Menurutnya novel ini dapat jadi acuan untuk belajar menulis karena menggunakan teknik penulisan lisensia poetica yang sangat baik.

“Membuat kita mengerti sejarah dan memahami kondisi negeri ini pada masa lalu,” kata Debra.

Sedang Mita Alwi, yang leluhurnya asli Banda Naira sangat berterima kasih kepada Sekar Ayu Asmara sudah turut memperkenalkan Banda Naira melalui karyanya. Di acara ini, Mita Alwi menjelaskan kondisi Banda Naira saat ini yang tetap unggul untuk hal keindahan dan kekayaan alamnya.

Halida Hatta, juga turut menyampaikan kisah Bung Hatta, ayahnya, saat diasingkan di Banda Naira dan menceritakan pengalamannya mendaki Gunung Api dengan tanahnya yang bergoyang.

Novel ‘Akulah Banda Naira’ ini tidak hanya sedang menceritakan kisah romantis yang bertemu cinta sejatinya di Banda Naira tapi juga menjelaskan sejarah bangsa.

Christine Hakim, aktris senior yang juga hadir menyatakan novel ini sangat penting karena mengangkat sejarah kita, dan berperan menjadi Tjut Nyak Dien di film kolosal itu. Ia berharap novel ini dapat dibawa ke layar lebar agar lebih luas lagi mengenalkan Banda Naira ke generasi sekarang dan ke depan.

Acara ini sangat interaktif interaksi antara penulis, para pengulas dan juga peserta yang hadir. Banyak yang menyampaikan pengalaman mereka dengan Banda Naira dan menyampaikannya di acara ini.

Kanti W. Janis yang leluhurnya berasal dari kepulauan, juga penghasil pala berharap semua semangat dan pemikiran yang ditumpahkan bersama sepanjang acara ini dapat diteruskan.

“Semua energi positif dari hasil diskusi atas karya terbaru Sekar Ayu Asmara ini harus kita teruskan untuk kemajuan Indonesia, dengan cara kita masing-masing,” demikian Kanti.

Sebagai penutup, Sekar Ayu Asmara memberikan motivasi terkhusus kepada generasi muda untuk tidak malas dan tidak korupsi. (Ery)