Emi Suy Berwisata ke Taman Arkeologi Onrust Bernuansa Sastra

by
Berwisata ke Pulau Onrust. (Foto: PJO)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Taman Arkeologi Onrust di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta merupakan destinasi wisata edukasi sejarah kebaharian Indonesia.

Arkeolog Candrian Attahiyyat yang melakukan penelitian di Pulau Onrust dan pulau pulau di sekitarnya pada tahun 1980-an menyebut Pulau Onrust sebagai titik awal kolonialisme Belanda di Nusantara awal abad ke 17.

Ternyata hingga sekarang banyak pengunjung Taman Arkeologi Onrust terkesan akan reruntuhan bangunan bersejarahnya maupun beberapa sisa bangunan yang masih utuh dan terpelihara.

Namun tak sedikit juga yang mengagumi keindahan alamnya di antara pulau pulau kecil yang berdekatan.

“Menurut saya semua pulau punya daya tarik sendiri sendiri. Pulau Kelor dengan benteng Martellonya, pulau Onrust dan Cipir dengan sisa sisa bangunan bersejarahnya. Baik itu benteng, rumah sakit dan asrama haji, serta reservoir yang ada di Onrust,” kata Agung Priosusanto, Kepala Seksi Pelindungan Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Barat, di kantornya Kamis (15/6/2023).

Bahkan menurut Agung yang pernah menjadi Kepala Satuan Pelayanan Taman Arkeologi Onrust itu, sebuah film yang mempromosikan Pulau Onrust telah ditontonnya tahun 2023 ini. Film tersebut berjudul Kutukan Peti Mati.

Diakuinya film itu cenderung fiksi, namun di sisi lain telah mempromosikan pulau bersejarah tersebut.

“Mudah mudahan ke depannya ada yang membuat lagi film dengan latar belakang sejarah Onrust, tanpa atmosfer horor atau sejenisnya,” kata Agung.

Lain lagi dengan Emi Suy, wanita pendiri Komunitas Jagad Sastra Milenia ini mengajak menjelajah ke Taman Arkeologi Onrust dengan nuansa sastra pula.

Ketika peluncuran buku “Onrust dan Sekitarnya, Gugusan Pulau Bersejarah di Teluk Jakarta,” karya arkeolog Candrian Attahiyyat, Emi Suy juga hadir di pulau tersebut. Maka dideklamasikanlah puisinya itu berjudul :

Onrust Pulau yang Tak Pernah Tidur

Kita berjalan kaki menyusuri pulau Onrust
dengan tubuh dan mata menyala menatap bongkahan sepi
berhambur ke sisa-sisa reruntuhan kenangan
dan bersama membilang-bilang detak dermaga

orang-orang menari dan mencari jejak galangan kapal VOC
saksi sejarah lingkaran sengketa Banten dan Jayakarta
saat Belanda menjarah kayu untuk membuat kapal
Ingatanku pun berlayar!

suara-suara menjelma bendera
mengibarkan warna perih yang dilukis berabad-abad
dalam ruang lipat sejarah berdarah

Onrust tak pernah tertimbun zaman
kita terus menyisir, mengikuti peta luka dari masa lampau
mencari jawaban dari teka-teki sebuah negeri
sedang aku masih saja, ingin mengabadikannya jadi puisi

orang-orang mengais makna purba
anganku mendayung kerinduan
waktu mencatat cinta dari tatar sunda
terbawa arus ke masa sudah

mari kita intip sunset atau sunrise di pulau ini
dari mercusuar sunyi sambil menabuh genta
semoga terdengar ke hatimu, semoga tergetar ke mimpimu
dan samar-samar kita dengarkan pesan Onrust yang tak pernah tidur:

Jangan enggan merawat masa silam,
jangan juga mengacaukan masa depan.
di malam-malam lengang kesedihan mematung
kita terhuyung-huyung
detak detik tak mampu lagi menghitung
berapa jumlah peradaban yang hilang!”

maka, biarlah di pulau puisi ini
aku menjadi perahu yang menunggu tanpa pernah berlabuh
ditikam aroma rempah-rempah dari segala arah

aku hanya bisa meneguk asin air mata!

2023.

Puisi Emi Suy masih banyak lagi yang lahir dari pelayarannya di Teluk Jakarta.

Salah satunya puisi di bawah ini:

Laut Itu Perkasa

Laut itu perkasa
ombak yang menggulung waktu
menari menyisir karang lalu ke tepian
di antara malam gelap terang cahaya bulan
Bahkan hujan yang merinai
malam lebih pekat dari gigil pantai
menunggu ombak memeluk sunyi tak sampai.

Emi Suy lahir di Magetan, Jawa Timur, 2 Februari 1979 adalah sekretaris sekaligus anggota dewan redaksi Sastramedia.com.

Emi telah menerbitkan lima buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Tirakat Padam Api (2011), serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), dan Api Sunyi (2020), serta Ibu Menanak Nasi hingga Matang Usia Kami (2022).

“Saya ingin memotret sejarah dengan puisi. Karena dengan puisi para pembaca dapat merasakan feel sebuah permenungan dan perenungan, dengan puisi saya juga bisa membacakannya untuk khalayak lintas masyarakat, bahwa puisi bisa bukan milik para penyair yang dibacakan di atas panggung sastra, namun saya ingin puisi digaungkan ke semua lini kehidupan,” ujar Emi Suy..

Karena menurutnya dengan puisi, kita dapat menyentuh hati pembaca. Setidaknya diharapkan puisi tidak selesai dan berhenti pada text, namun bagaimana mengekspresikannya pada masyarakat untuk mencintai sejarah.

Sementara minat masyarakat mengujungi Taman Arkeologi Onrust tahun 2023 ini terus meningkat.

Menurut Kepala Unit Pengelola Museum.Kebaharian Jakarta, Mis’ari, bulan Januari ada 1.423 orang mengunjungi Taman Arkeologi Onrust (TAO), baik dari dermaga Muara Kamal, Marina Ancol, maupun dermaga Tanjung Pasir.

Bulan Februari 1.517 orang, Maret 1.615 orang, April melonjak menjadi 3.881 orang dan Mei 3.362 orang. Diperkirakan bulan Juni ini tetap bertahan di angka 3.000 an mengingat ada event penting dan sebagian siswa sekolah sudah libur.

Tercatat selama 5 bulan dari Januari sampai Mei 2023 ada 11.798 orang mengunjungi Taman Arkeologi Onrust. (PJO).