Asam Urat dan Gula yang Merenggut Nyawa Erwin Kurai

by
Alm Erwin Kurai.

SATU hari sekitar Minggu ke dua bulan Maret lalu, saya mengirim WA (whatsapp) ke Erwin Kurai, salah seorang rekan wartawan yang biasa mangkal di Media Center Gedung Nusantara III DPR RI. Isinya singkat saja, bertanya tidak pernah kelihatan. Tak lupa saya menanyakan kesehatannya. “Tak pernah kelihatan? Sehat Win ?”

Bukan karena mau sok peduli, tapi saya WA dia karena ingin tahu kemana saja, cukup lama tidak melihatnya di Gedung Parlemen. Selain rasa ingin tahu, tiba-tiba saja saya teringat sama kawan ini. Seperti menghilang dari dunia ‘persilatan’. Apalagi pria yang memelihara jambang dan bekerja di beberapa media terbitan Riau – Pekanbaru ini, termasuk wartawan yang rajin ke Senayan.

Saat masa reses pun, ia masih menyambangi Gedung Parlemen. Selain itu, Erwin termasuk wartawan yang rajin mewawancarai anggota Dewan, terlebih wakil rakyat yang sudah lama dikenalnya, sering saya lihat mereka terlibat bicara serius. Dia juga termasuk rajin menyambangi ruangan-ruangan komisi yang sedang mengadakan rapat kerja dengan mitra kerjanya.

Saya suka memuji, karena meski usianya sudah menjelang 60 tahun, dia tetap energik dan produktif, tak mau kalah dengan wartawan muda yang semakin banyak bertugas di Gedung Parlemen. Erwin pun mengetik hasil wawancaranya itu di komputer yang ada di ruangan depan Press Room. Tak tahu alasannya kenapa dia justru mengetik menulis berita di komputer itu. Pada hal, di ruangan belakang atau ruangan kaca ada beberapa mesin komputer yang bisa digunakan. Setelah selesai, dia masih bergerak mencari anggota DPR RI untuk wawancara tambahan sebelum dia pergi meninggalkan gedung DPR RI setelah jam 17.00 WIB.

Waktu saya WA itu, Erwin sempat membalas dan memberi tahu keadaannya sehat, tetapi dia memberi tahu kakinya kena asam urat yang sudah mulai pulih. Tak lupa dia katakan, besok dia akan ke Press Room.

Sejak saya kenal, tak pernah ada tanda-tanda kalau dia mengidap sakit asam urat. Selama ini saya melihat dia baik-baik saja dan sehat, apalagi dia bukan seorang perokok. Setiap hari, dia selalu menggunakan angkutan umum dari rumahnya ke Parlemen Senayan, pulang pergi. Tapi rupanya tak hanya kakinya kena asam urat. Keesokan harinya saat bertemu di Press Room, kami sempat ngobrol. Saya memang melihat kondisi fisiknya kurus dari biasanya, ditambah wajahnya juga pucat. Dia memberitahu juga kena gula dan sempat di rawat di Rumah Sakit.

Dengan kondisi kesehatan yang sedang tidak baik-baik saja, Erwin pun masih ikut acara Press Gathering MPR RI di Lembang-Bandung, Jawa Barat. Itu saya tahu saat kami bertemu di Press Room itu. Dia katakan tetap ikut ke Lembang, berangkat hari Jumat siang bersama rombongan wartawan lainnya. Biasanya, acara Press Gathering Koordinatoriat Wartawan arlemen/KWP, berlangsung sampai hari Minggu. Hari Minggu sore, saya kembali menghubungi dia lewat WA, bertanya sudah pulang? Erwin masih membalas dan memberi tahu, dia pulang duluan dengan menggunakan angkutan umum. Dengan angkutan umum kata dia, bisa sambil uji fisiknya. Memang tak dia sebutkan pulang dari Lembang itu hari apa dan saya juga tak bertanya lagi. Tapi saya menduga, bisa jadi dia pulang hari Jumat tengah malam atau hari Sabtu pagi setelah acara inti Press Gathering selesai. Biasanya memang begitu, ada wartawan yang pulang lebih awal, atau tidak ikut sampai acara selesai pada hari Minggu nya.

Entah ada firasat apa, atau atas dorongan apa, saya lagi-lagi menghubungi dia saat hari pertama puasa bulan Ramadhan kemarin. Saya hanya bertanya apa puasa atau tidak. Maksud saya, kalau dia berpuasa, saya mau mengucapkan selamat berpuasa. Tak lebih. Sebagai sahabat kan tak ada salahnya mengucapkan selamat berpuasa kepada rekan yang menjalankan ibadah puasa.

Tapi kali ini jawaban dia membuat saya prihatin. Erwin menyatakan kalau dia tak bisa berpuasa karena sedang di rawat di Rumah Sakit. Rupanya gulanya naik hingga harus masuk Rumah Sakit. Beberapa hari setelah pulang dari acara Press Gathering MPR RI kata dia, gulanya naik. Lalu saya membalas WA nya supaya lekas sembuh.

Kepada Sekretaris KWP Rafiq Panjaitan, saya beritahu tentang kondisi kesehatan Erwin Kurai, supaya pengurus memberi perhatian. Saya senang, karena Rafiq merespons baik dan pengurus KWP langsung memberi perhatian.

Rupanya penyakit gula yang dialami Erwin sudah termasuk serius, mungkin stadium nya sudah tinggi, saya tidak tahu persis. Karena beberapa hari kemudian, sekitar tanggal 24 Maret, saya dapat kiriman foto dari hp nya, dia sedang terbaring di sebuah tempat tidur tapi sepertinya di ruangan Gawat Darurat. Dari tiga foto yang saya terima, dua fotonya masih di Instalasi Gawat Darurat dengan tubuh terlentang mengenakan kaos dan celana pendek. Kaos yang dikenakan saat itu ditarik ke atas sehingga terlihat bagian dada dan kakinya ditempeli beberapa selang atau kabel, saya tidak tahu persis, tapi benda itu tersambung ke sebuah mesin di sebelah ranjangnya. Saya tidak tahu ini alat apa dan untuk penyakit apa digunakan. Saya hanya sedih dan prihatin melihat keadaannya, wajahnya pucat dan tatapan matanya terlihat begitu layu. Sampai saya lupa untuk membalas lagi kondisi kesehatan yang sedang dialami dan saya tidak tahu siapa pengirim foto itu, apakah anak atau anggota keluarganya.

Memang agak lucu juga persahabatan yang ada diantara kami. Sekian tahun berteman sesama wartawan di Gedung Parlemen, saya tidak pernah berbicara tentang hal yang sifatnya pribadi. Saya tak pernah ingat untuk bertanya soal anaknya, misalnya berapa dan masih kuliah atau sudah bekerja. Saya sendiri selalu lupa untuk bertanya dia lulusan perguruan tinggi mana dan dari fakultas apa. Meski tak ada gunanya, tapi bagi saya sikap saya itu sebuah penyesalan, karena hingga dia tutup usia, saya tidak tahu berapa anaknya. Bahkan alamat rumahnya pun saya tidak tahu. Dan saya juga baru tahu kemarin jika nama lengkapnya adalah Erwin Jose Rizal !.

Yang saya tahu, Erwin Kurai termasuk wartawan yang serius tetapi juga santai dan berselera humor Jika acara diskusi yang rutin diadakan di Press Room, ia sering hadir dan aktif dalam diskusi tersebut. Erwin tidak hanya sekedar mengajukan pertanyaan kepada nara sumber, tapi juga diselingi pernyataan atau memberi pendapatnya sendiri atas tema diskusi yang sedang dibahas. Tak heran, ada wartawan yang kurang berkenan jika dalam acara diskusi itu dia justru bersikap seperti sebagai pembicara karena berlama-lama berdiri menyatakan pendapatnya.

Ia, Erwin wartawan yang kritis. Dia seorang wartawan yang rajin membaca buku-buku sejarah hingga mengetahui pandangan politik para tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Selain itu, dari beberapa kali mendengar pembicaraannya, baik kepada saya maupun yang dilontarkan dalam acara diskusi, Erwin seorang nasionalis, pengagum Soekarno maupun pengagum Tan Malaka atau tokoh-tokoh revolusioner lainnya.

Sungguh, saya begitu terkejut ketika kemarin siang sekitar pukul 15.20 WIB membaca sebuah pengumuman di grup WA KWP tentang kepergian sahabat Erwin Kurai.
“Inalilahi wainailahi roziun telah berpulang ke rahmatullah Erwin Jose Rizal (Erwin Kurai) hari Minggu tanggal 09 april 2023 pukul 13.00 WIB. Pihak keluarga memohon dibukakan pintu Maaf sebesar-besarnya”.

Pengumuman itu dikirim seseorang sekitar pukul 14.10 WIB dan sudah banyak wartawan yang menyampaikan turut berdukacita. Asam urat dan gula yang dideritanya telah menamatkan hidup Erwin Kurai.

Selamat jalan kawan. Saya tidak akan melihat lagi seorang wartawan sedang mencegat anggota DPR di selasar Nusantara I, II atau lobi Nusantara III untuk wawancara. Atau tidak akan melihat lagi seorang wartawan yang sedang menulis berita di komputer ruangan depan Press Room. Begitu juga, saya tidak akan melihat lagi seorang wartawan menyampaikan pendapatnya yang kritis saat acara diskusi di Press Room.

Selamat Jalan kawan. Semoga Erwin Kurai diterima amal ibadahnya, dilapangkan kuburnya dan diampuni segala dosanya. Amin. (Asim)