Ronny Sompie: Sindikat Pembalakan Liar di Gunung Klabat Segera Ditangkap dan Dibawa ke Pengadilan

by
Dr. Ronny Sompie. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, MANADO – Sindikat pembalakan liar (illegal logging) di kawasan konservasi alam Gunung Klabat yang mengakibatkan banjir bandang di Desa Klabat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulut, Sabtu (18/3/2023) pekan lalu harus segera ditangkap dan diseret ke pengadilan.

“Perlu kerja sama antara penyidik PPNS Kehutanan (Polhut) dan penyidik Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Sulut agar segera menyelidiki dan menindak aksi sindikat pembalakan liar ini. Mereka telah melanggar Pasal 83 Ayat 1 Huruf b Undang-Undang No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan dengan ancaman pidana penjara maksimum 15 tahun dan denda maksimum Rp 100 miliar, ” tegas tokoh Kawanua lrjen Pol (Purn) Ronny Frangki Sompie, Sabtu (25/3/2023).

Menurut Ronny, yang juga mantan Kapolda Bali (2015), aksi sindikat pembalakan liar di Gunung Klabat seharusnya dapat cepat ditindak jika aparat Dinas Kehutanan Sulut dan Polda Sulut proaktif di lapangan. Karena wilayah hutan lindung di Gunung Klabat relatif bisa terpantau dari desa-desa di lereng gunung.

“Saya pernah Menangani sejumlah kasus pembalakan liar di wilayah Sumut yang wilayahnya sangat luas. Toh kami Poldasu berhasil memberantas sindikat pembalakan liar di beberapa tempat, ” kisah Ronny saat menjabat Direktur Reserse Kriminal Poldasu tahun 2000-an silam.

Menurutnya, penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Poldasu saat itu cukup berat dan complicated. Tapi berkat kerja tim yang solid semua tantangan dapat diatasi. Bahkan, karena keberhasilan tersebut dirinya kehilangan jabatan, karena menolak melakukan kolusi dengan sindikat tadi.

Menurut lulusan Akpol 1984 dan sangat berpengalaman di bidang reserse ini, sindikat pembalakan liar di Gunung Klabat, harus ditangkap dan diseret ke pengadilan. Kalaupun ada oknum-oknum aparat yang terlibat harus mendapat sanksi yang tegas.

“Dampak yang diakibatkan aksi illegal logging yang masif seperti ini sangat merusak ekosistem hutan Gunung Klabat. Sejak kecil saya belum pernah mendengar dan mengalami musibah banjir bandang seperti di Desa Klabat, ” ujar Ronny yang berasal dari Desa Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara.

Ronny yang baru bergabung dengan Partai Berlambang Beringin ini, mengaku merasa terpanggil untuk memajukan daerah asalnya Sulawesi Utara. Menurut Ronny, musibah banjir bandang di Desa Klabat tidak boleh terulang di masa depan.

“Semua pihak, pemerintah dan masyarakat terutama stakeholder di bidang pelestarian hutan harus bekerja sama melawan sindikat illegal logging ini, ” jelas mantan Dirjen lmigrasi Kemenkumham 2015-2020 ini.

Pernah Longsor Tahun 1932

Gunung Klabat atau dikenal masyarakat Tonsea sebagai Puncak Tamporok adalah gunung tertinggi di Minahasa bahkan di Sulawesi Utara. Gunung dengan tinggi 1.850 M (dpl) ini termasuk gunung berapi non-aktif.

Di puncak Klabat ada danau kawah yang cukup luas. Jika musim hujan kawah ini menyimpan air cukup banyak. Sebab itu, air kawah yang dingin dan jernih ini menjadi tempat minum hewan Anoa (sejenis sapi kecil) dan babi rusa.

Babi rusa hewan endemik Sulawesi ini dikenal juga dengan nama Kalawat yang akhirnya diberi nama ke Gunung Klabat. Bahkan saking terkenalnya, Universitas Advent di Airmadidi bernama Universitas Klabat, termasuk stadion terbesar di Manado bernama Stadion Klabat yang pernah dipakai ajang Final Divisi Utama PSSI 1998-1999.

Gunung Klabat suatu gunung yang nyaris tertutup pepohonan hingga ke puncak gunung. Sehingga gunung ini menyimpan berbagai jenis pohon sampai ke lereng-lerengnya. Selama ini menurut kepercayaan mistis orang Tonsea, puncak Tamporok ada penjaganya, sehingga tidak boleh sembarangan mengambil kayu di lerengnya.

Selama ratusan tahun, penduduk di lereng utara, timur, selatan dan barat mempercayai mitos tersebut, sehingga tak ada yang berani menjarah pohon-pohon di lereng gunung. Apalagi tahun 1932 Klabat pernah longsor ke selatan, sehingga desa-desa di Minawerot dan Airmadidi tertutup longsoran material tanah, batu dan kayu.

Masyarakat di desa desa Minawerot menyingkir ke Pegunungan Lembean. Sejak itu, beberapa kali terjadi banjir bandang, tapi tidak sebesar yang terjadi di Desa Klabat, Sabtu (18/3/2023) pekan lalu. (nico)