Lulusan Akpol 90-an Pimpin Jajaran Polri Wahyu Widada Kabaintelkam

by
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Gerbong di tubuh Polri kembali bergerak. Kali ini salah satu perwira tinggi se angkatan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, dipromosi menjabat bintang tiga. Irjen Pol Wahyu Widada, yang kini menjabat Asisten SDM Kapolri didapuk menjabat Kabaintelkam.

Wahyu, lulusan Akpol 1991 yang bakal menyandang pangkat bintang 3 di pundaknya menggantikan seniornya Kabaintelkam Komjen Pol Ahmad Dofiri. Sementara Dofiri, salah satu anggota tim khusus yang dibentuk Kapolri dalam penanganan kasus Ferdy Sambo, kemudian dimutasi sebagai Irwasum Polri.

Ahmad Dofiri lulusan terbaik (Adimakayasa) Akpol 1989 juga menggantikan seniornya Komjen Pol Agung Budi Maryoto. Agung lulusan Akpol 1987 seangkatan dengan mantan Kapolri Jenderal Purn Tito Karnavian (Kini Mendagri) bulan Februari ini memasuki masa pensiun. Agung juga termasuk anggota tim penanganan kasus Ferdy Sambo.

Penunjukkan Irjen Wahyu Widada, sebagai Kabaintelkam, menunjukkan telah terjadi reformasi jabatan di jajaran Polri, di mana perwira tinggi lulusan Akpol tahun 90-an mulai berperan. Karena mereka yang lulusan 1988 A bakal pensiun semuanya tahun ini.

Bahkan, bulan Maret depan Kabaharkam Polri Komjen Pol Arief Sulistyanto (Akpol 1987) dan Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafly Amar (1988 A) juga bakal pensiun.

Melihat perkembangan situasi di internal Polri, diprediksi jabatan Kepala BNPT dan Kabaharkam tersebut bakal diisi mereka yang lulusan Akpol 1990 -1992. Sebab lulusan Akpol 1988 (A-B) atau Akpol 1989 sudah bakal pensiun dalam 2 tahun ke depan.

Tiga bulan ke depan, bulan Mei, juga Wakapolri Komjen Pol Gatot Edi Pramono, juga bakal pensiun. Sementara Kakor Brimob Komjen Pol Anang Revandoko, di bulan Oktober terus Kepala BNN Komjen Pol Petrus Golose juga pensiun di bulan Nopember 2023.

Pati Polri Akpol 1989 yang kini menjabat bintang tiga ada Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andriyanto dan Irwasum Polri Komjen Pol Ahmad Dofiri.

Setelah Polri didera 2 skandal yang menghebohkan rakyat Indonesia, seperti kasus Sambo dan Teddy Minahasa, Polri sepertinya harus terus berbenah terutama menyangkut reformasi kultural.

Grand Strategi Polri 2005-2025 yang kini masih berjalan, sepertinya tidak merubah mindset dan kulterset Polri. Padahal para perwira Polri ini sudah mengikuti berbagai jenjang pendidikan untuk menjabat top management.

Mungkinkah, setelah perwira-perwira lulusan Akpol 90-an memimpin bidang-bidang strategis di Polri dapat memberikan kontribusi positif dan kepercayaan rakyat. (nico karundeng)