Jelang Nataru, Roberth Rouw Minta Pemerintah Intervensi Harga Tiket Pesawat

by
Wakil Ketua Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Nasdem, Roberth Rouw. (Foto: Ist/net)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi V DPR RI Roberth Rouw meminta pemerintah melalui Kementerian Perhubungan mengintervensi harga tiket pesawat jelang arus mudik libur natal 2022 dan tahun baru (Nataru) 2023.

Menurut dia, intervensi bisa dilakukan pemerintah dengan menetapkan batas atas pada tarif tiket pesawat.

“Harus ada (intervensi,red), itu pemerintah kan yang mengatur semua. Karena semua yang melakukan usaha di negara ini kan pemerintah yang mengaturnya,” kata Roberth kepada awak media, di Komplek Parlemen, Senayan, Rabu (15/12/2022).

Jangan sampai, kata politikus Nasdem ini, kenaikan harga tiket yang tidak terkendali akan membuat masyarakat terbebani.
Padahal, pengendalian harga tiket akan sangat membantu masyarakat menikmati perjalanan mudiknya bertemu dengan keluarga tercinta.

“Liburan Nataru ini dimanfaatkan mereka untuk mudik, dan tentunya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Harusnya pemerintah mensupport masyarakat jangan justru sebaliknya, membebankan mereka dengan lonjakan harga tiket yang mahal,”tegasnya.

Selain melalui aturan kebijakan, Roberth juga menyarakan pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) khususnya di sektor penerbangan dapat memberikan contoh, dalam menentukan harga tiket. Sehingga, para pengusaha penerbangan swasta akan mengikuti, tentunya diikuti kebijakan yang mengaturnya.

“Yang paling penting juga menurut saya, kalau pemerintah memberikan contoh, itu salah satu solusi agar swasta juga memberikan yang sama seperti itu. Seperti penerbangan milik BUMN, Garuda harusnya memberikan contoh, Garuda cuma naik sekian persen deh, jangan justru ikut-ikutan juga, maka semua jadinya beramai-ramai, aji mumpung,” sebut legislator dari Dapil Papua.

Roberth menyoroti harga tiket ke Indonesia bagian timur yang terbilang sangat mahal. Bahkan di hari biasa saja, kata dia, harga tiket bisa 4 kali lipat antara pesawat business class dengan ekonomi.

“Kita bisa liat penerbangan ke Papua, kalau kita naik bisnis, bisa sampai 21 juta, ekonomi 5-6 juta di hari biasa itu. Nah kalau nanti di Nataru ini akan meningkat harganya. Apalagi di class bisnisnya,”paparnya.

Dia meminta angan sampai ada gap yang sangat mahal. Perbedaan harga yang jauh ini bahkan dikhawatirkan bisa membuat masyarakat yang seharusnya naik di class business justru mengambil jatah class ekonomi.

“Karena kalau orang yang mampu juga terlalu ditekan, terpaksa dia juga akan mengambil atau beralih class ekonomi nantinya. Akhirnya, kasihan bagi masyarakat lainnya. Sementara armada pesawat itu kan terbatas,”pungkasnya. (JAT)