Akademisi : Pengelolaan Homestay di Pulau Kecil Indonesia Cukup Menjanjikan

by
Akademisi sekaligus Anggota Lembaga Sensor Film RI, Ervan Ismail. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Indonesia dikaruniai dengan sumberdaya alam yang sangat kaya, termasuk pantai dan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik pariwisata. Istilah 3S (sun, sea, sand) yaitu matahari, laut, dan pasir pantai tersedia merata di kawasan kepulauan di seluruh Indonesia.

Pariwisata telah lama menjadi salah satu sumber penggerak ekonomi, termasuk sumber devisa. Bahkan, dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah semakin meningkatkan pembangunan pariwisata.

Menanggapi hal tersebut, Ervan Ismail dalam sidang promosi doktoral (S3) program studi Komunikasi Pembangunan ini menyebutkan bahwa salah satu usaha atau jasa yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata di pulau kecil adalah tersedianya homestay bagi para wisatawan.

Ia mencontohkan, di Kepulauan Seribu, misalnya, masyarakat lokal berperan besar dalam pengelolaan homestay ini. Sementara itu, sambung Ervan, di era digitalisasi sekarang ini komunikasi digital sangat penting, termasuk dalam usaha di sektor pariwisata, seperti untuk promosi, booking kamar, dan lain-lain.

“Sumber daya manusia merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan pariwisata. Apalagi jika dikaitkan dengan sejauh mana pariwisata mampu meningkatkan perekonomian masyarakat untuk berperan serta dalam perkembangannya,”papar pria dengan disertasi berjudul ‘Komunikasi Digital dalam Pengembangan Pariwisata di Pulau Pulau Kecil.’

Agar tidak hanya menjadi penonton, lanjut dia, ketika pariwisata tumbuh di wilayah dimana mereka tinggal. Potensi SDM dan aset masyarakat dapat menjadi salah satu solusi menghadapi tantangan tersebut.

Ia menjelaskan bahwa dominasi kaum ibu rumah tangga dalam pengelolaan homestay sebesar 38,9 persen. Hal itu menunjukkan kesesuaian bidang usaha homestay cocok dengan karakter perempuan yang menjadi pekerjaan rutin seputar rumah tangga di pulau-pulau kecil.

“Sementara sebesar 23,5 persen merupakan nelayan. Dari gambaran ini mengelola homestay bisa merupakan pekerjaan tambahan yang relatif mudah dan memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pada sektor pariwisata di pulau-pulau kecil,”sebut dia.

“Homestay juga tidak memerlukan keterampilan khusus dan biaya operasional bulanan yang besar, selain harus memelihara kebersihan,”tambahnya.

Pengelolaan homestay, kata Ervan, merupakan potensi bagi para pelaku usaha pariwisata yang cukup menjanjikan. Sementara pelaku pariwisata di Kepulauan Seribu berada pada rata-rata di usia 41 tahun atau berada pada kategori dewasa.

“Hal ini menunjukkan bahwa pengelola sebagian besar sudah berkeluarga, usia tersebut masuk kedalam kategori usia produktif. Data ini mengindikasikan dominannya kelompok ibu rumah tangga sebagai pengelola homestay menunjukkan tingginya partisipasi mereka dalam kegiatan pariwisata di pulau-pulau kecil,”pungkasnya. (JAT)