Pemahaman Keamanan Digital Kunci Mencegah Penipuan dan Pencurian Data

by
Diskusi #MakinCakap Digital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Konten Positif yang Siap Viral" . (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Teknologi informasi di dunia terus berkembang secara masif. Pengguna Internet di Indonesia saja mencapai 204,7 juta (73,7%) pengguna.

Ketua PW Fatayat NU DIY Maryam Fithriati MSW mengatakan, tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun.

“Diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital sebagai salah satu mitigasi resiko digital,” kata Maryam dalam diskusi #MakinCakap Digital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Konten Positif yang Siap Viral” pada Selasa (18/10/2022).

Maryam menerangkan, fakta keamanan digital, 38% pengguna internet di Asia Tenggara masih mengabaikan keamanan saat berinternet selama pandemi Covid-19. Lebih dari 90% negara kurang memperhatikan pentingnya keamanan siber, termasuk Indonesia (International Telecommunication Union).

Ancaman digital bagi warganet, rata-rata 3-4 hoaks baru tentang covid -19 muncul sejak awal pandemi (terbanyak di FB). Contoh lowongan koruptor untuk penyuluh anti korupsi, Varian Delta Covid-19 Berasal dari Radiasi Jaringan 5G, Muhammad Kece menjadi duta pancasila?

Adapun kasus keamanan digital tahun 2022, kebocoran data di Indonesia tahun 2022 (Januari – Agustus 2022) urutan ke 4 dunia, 13, 89 juta akun yang bocor, setelah Rusia (99,36 juta), China (17,52 juta) dan Perancis (14,52 juta).

Laporan pengaduan rekening juga meningkat drastis. Dalam statistik cekrekening.id pada Juni 2020, laporan pengaduan rekening hanya berjumlah 194, tetapi pada Mei 2021 meningkat drastis menjadi 2.403 rekening.

Untuk itu, Maryam mengingatkan, tidak ada yang aman 100% di dunia digital, yang bisa dilakukan adalah mengurangi risikonya.

“Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan, sedikit ribet dan waspada akan membuat kita lebih aman di dunia digital. Selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang ada di internet,” kata Maryam.

Anggota Lesbumi PBNU/Mahasiswi Pascasarjana Antropologi UI Sarah Monica menambahkan, pentin saat ini mendigitalisasi budaya untuk memperbanyak konten-konten positif. Digitalisasi budaya merupakan jati diri dalam ruang budaya digital.

“Digitalisasi Budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya. Digitalisasi Budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas,” kata Sarah.

Cara mendigitalisasi budaya melalui konten, fokuskan tujuan bermedsos, apakah entertainment, personal-branding
Commerce. Kemudian, fokus target audiens, dan tema atau isu konten.

Sedangkan agar sebuah konten itu viral, pelajari potensi dan sumber daya lokal, alam atau tempat wisata, bangunan dan artefak bersejarah, ritual tradisi dan aktivitas budaya.

“Atau kuliner daerah, kain atau produk tradisional, ungkap keunikan nilai dan narasi,” ujar Sarah.

Senada, Translator/Content Writer Zulfan Arif menjelaskan, jenis-jenis konten positif. Misalnya konten inspiratif bisa memakai pengalaman pribadi, kata mutiara (quote), gambar atau foto.

Konten edukatif, seperti tutorial, tips dan tricks, hasil riset, laporan atau artikel, opini. Dan informatif seperti event, berita terbaru, review, tautan (link) bacaan. Terakhir, konten menghibur, meme, humor, komik, video atau gambar lucu, tebak-tebakan.

“Mari kita rayakan teknologi, kita hormati ilmu pengetahuan, kita dukung semua bentuk kemajuan, tetapi semua harus demi mengangkat derajat manusia. Etika ada karena kita adalah manusia,” kata Zulfan. (Kds)

Catatan:

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.