PT Industri Baterai Indonesia Catat Nilai Investasi Produksi Kendaraan Listrik Rp 231,7 Triliun

by
Mobil listrik. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) mencatat nilai investasi produksi baterai untuk kendaraan listrik yang dibutuhkan mencapai USD15 miliar atau setara Rp 231,7 triliun.

Demikian nilai ini disampaikan oleh Direktur Utama Indonesia Battery Corporation, Toto Nugroho, Selasa (18/10/2022).

IBC memang, kata Toto, sudah mengantongi kesepakatan investasi sebesar USD15 miliar dari dua kemitraan strategis. Pertama adalah kemitraan yang dijalin salah satu induk usaha IBC, yakni PT Aneka Tambang Tbk dengan korporasi asal China PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi. Kemitraan kedua, perjanjian serupa dengan LG Energy Solution, perusahaan asal Korea Selatan.

“Maka dari itu diperlukan mitra, kebutuhan investasi sangat besar sekitar USD15 miliar diperlukan dari 2.000 ME energi bersih untuk mendukung integrasi EV battery ini,” ujar Toto sesi diskusi dalam gelaran SOE International Conference, Nusa Dua Bali, yang dipantau dari Jakarta.

Dia menjelaskan dalam roadmap atau peta jalan 2022-2060, IBC juga dituntut untuk mengejar target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Toto menilai ada banyak tantangan untuk mencapai hal tersebut. Khusus IBC, tantangan yang dihadapi berupa kemitraan investasi, teknologi, nikel yang diproduksi menjadi baterai untuk kendaraan listrik, hingga tenaga kerja profesional yang dibutuhkan.

“Tantangan yang dihadapi menuju Net Zero Emission adalah bagaimana memproduksi nikel lalu ke baterai produksi, tentu membutuhkan tidak hanya teknologi tapi juga investasi yang sangat besar. Termasuk juga tenaga kerja yang memiliki kapabilitas di bidang ini. sehingga hal ini juga perlu diperkuat,” jelasnya.

IBC, lanjut Toto, dibentuk untuk mendukung ekosistem industri EV Battery di Indonesia. Sementara, tantangan yang dihadapi menuju Net Zero Emission adalah bagaimana memproduksi nikel lalu ke baterai produksi, tentu membutuhkan tidak hanya teknologi tapi juga investasi yang sangat besar.

“Termasuk juga tenaga kerja yang memiliki kapabilitas di bidang ini. sehingga hal ini juga perlu diperkuat,” jelasnya.

IBC, lanjut Toto, dibentuk untuk mendukung ekosistem industri EV Battery di Indonesia. Bahkan ditargetkan bisa menjadi pemain global dalam ekosistem tersebut.

Tuntutan itu pun diyakini bisa direalisasikan sejalan dengan potensi pasar hingga sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia.

“Kenapa? karena sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah, kita punya nikel, lalu aluminium Indonesia juga memiliki pangsa pasar yang besar untuk industri otomotif. kita punya car 1,5 juta kendaraan per tahun, lalu motor 8 juta unit per tahun,” bebernya.

Untuk diketahui IBC merupakan konsorsium yang terdiri dari empat BUMN yaitu MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam).

Holding pertambangan tersebut memiliki mandat khusus untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. (Kds)