Masyarakat Didorong untuk Mewaspadai Hoax tentang Stunting

by
Diskusi #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Mencegah Stunting". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Persoalan stunting pada anak hendaknya menjadi perhatian bersama. Karena itu, teknologi digital perlu dimanfaatkan dengan baik dalam membantu mencegah stunting di Indonesia.

Manager Program Pondok Pesantren Budaya Kaliopak Yogyakarta, Misbachul Munir menjelaskan, sepertiga populasi Indonesia terdiri dari anak-anak.

“Total terdapat sekitar 80 juta anak di Indonesia – populasi anak tersebar keempat di dunia,” kata Munir dalam diskusi #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Pemanfaatan Teknologi Digital Untuk Mencegah Stunting” pada Selasa (6/9/2022).

Menurut Munir, bangsa Indonesia beberapa tahun ke depan memetik bonus demografi dari kelompok usia produktif.

“Tentunya jika peluang ini tidak dioptimalkan maka kedepan kita hanya akan menjadi penonton saja atas perkembangan peradaban dunia,” ucapnya.

Untuk itu, melalui pendidikan dan pengasuhan yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan teknologin negara ini optimis bisa berakselerasi untuk menjadi bangsa yang maj, membangun investasi SDM yang unggul.

“Bangsa yang berprestasi, memiliki keterampilan hidup, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kepemimpinan digital. Dengan peran guru yang inovatif, keluarga yang harmonis dan masyarakat yanng kondusif,” ujarnya.

Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM/Sekjen IAPA, Bevaola Kusumasari memaparkan, berdasarkan data _We are Social Hootsuite (2022)_ per Februari di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1%).

Dia menerangkan, mengapa transformasi digital penting untuk dunia kesehatan, karena dapat mendukung proses diagnostik dan pengambilan keputusan klinis, termasuk dalam proses pencegahan, terapi sampai dengan rehabilitasi pasien.

Namun demikian, Bevaola mengingatkan masyarakat, khususnya tenaga kesehatan untuk mewaspadai konten negatif seperti hoak tentang stunting.

Contohnya, akibat hoax tentang susu kental manis, banyak anak di Indonesia mengalami kurang gizi akibat mengkonsumsi susu kental manis.

“Banyak para orangtua yang tidak paham tentang informasi gizi dari produk minuman manis. Seperti susu kental manis yang diberikan sebagai minuman untuk balita, yang akhirnya menyebabkan 3 balita di Kendari dan 1 di Batam dirawat di RS dengan diagnosis gizi buruk alias stunting,” paparnya.

Juga efek dari penyuntikan vaksin Covid-19 dapat menyebabkan stunting. Kemudian, stunting disebabkan faktor keturunan.

“Padahal penyebab stunting adalah kurangnya gizi kronis di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan,” ucap Bevaola.

Lainnya, stunting hanya menyebabkan tubuh pendek. Sebenarnya, ukuran tubuh pendek memang merupakan salah satu dampak stunting yang paling terlihat.

Namun, masih banyak dampak jangka panjang lain yang perlu diperhatikan. Misalnya, dampak kognitif yang menghambat kecerdasan anak, hingga risiko penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, dan jantung koroner di masa depan.

“Stunting disebabkan anak kurang makan
Faktanya, stunting disebabkan karena asupan gizi dalam makanan yang tidak seimbang. Makanan dengan gizi seimbang antara lain, mengandung karbohidrat, protein, lemak vitamin, dan mineral,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur DOTstudios.ID Akhmad Nasir, menjabarkan tetang cara mengetahui hoax atau bukan. Yaitu, cek fakta ke situs berantas hoax. Misal, Kominfo dan Turn Back Hoax, Hoax Buster.

“Untuk berita internasional, bisa juga memantau dari PolitiFact.com, Hoax Slayer, atau Snopes.com. Mereka adalah situs yang memeriksa apakah sebuah berita itu benar atau palsu,” kata Nasir.

Cara lainnya, cek foto ke Google Image dan waktu tayang. Google sudah sangat mempermudah untuk menelusuri foto yang didapatkan dengan ‘Search Image’.

“Cek juga apakah ketika informasi tersebut tayang masih relevan dengan situasi sekarang atau tidak. Karena banyak hal yang berkembang seiring berjalannya waktu sehingga kadang informasi yang lama sudah tidak dapat dijadikan patokan,” kata Nasir. (Kds)

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.