Ujaran Kebencian akan Terkikis Jika Memahami Etika Bermedsos

by
MakinCakapDigital. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Saat ini, rasanya hampir semua sisi kehidupan manusia terpengaruh proses oleh digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet terpapar oleh informasi yang tidak benar maupun ujaran kebencian.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menghadirkan seri edukasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian”.

Manager Pondok Pesantren Budaya Kaliopak yang juga Pengurus LESBUMI PWNU DIY, Mathori Brilyan mengatakan, mereka yang cakap bermedia digital ialah yang selalu merujuk sumber informasi akurat ketika mau berselancar di internet.

“Pilih-pilih informasi sebelum membagikan. Selalu menjaga kewaspadaan terhadap kejahatan siber,” kata Mathori dalam acara yang digelar secara virtual, Jawa Tengah, Rabu (29/5/2022).

Menurut Mathori, kenyamanan berinteraksi di dunia internet akan didapatkan ketika bisa selektif dengan bermacam informasi yang masuk dalam layar gadget.

“Kita harus mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama,” kata Mathori.

Tak lupa, Mathori berpesan kepada pengguna internet untuk selalu mengedepankan etika dan nilai-nilai kebudayaan dalam setiap pengoptimalan perangkat digital. Karena, pada dasarnya, kecakapan digital erat kaitannya dengan etika, budaya, yang merupakan fitrah dari manusia.

“Kebaikan atau keburukan yang terjadi, merupakan cermin nurani manusia yang menjadi pengguna dan pemelihara ekosistem media sosial kita,” kata Mathori.

Sementara, Kepala Pusat Studi Keluarga dan Kesejahteraan Sosial Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Saeroni, menekankan tentang etika menciptakan interaksi yang nyaman di dunia digital.

Menurutnya, dalam ruang digital pasti akan berinteraksi, berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. “Interaksi antar budaya dapat menciptakan standar baru tentang etika,” kata Sahroni.

Sahroni menjelaskan, etika hadir untuk mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia.

Oleh sebab itu, kompetensi menyeleksi, menganalisis informasi saat berkomunikasi di platform digital, sangat penting terus diasah oleh pengguna. Hal ini, selain untuk mengikis ujaran kebencian, juga sebagai bentuk membentengi diri dari tindakan negatif.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” tutur Sahroni.

Sahroni mengakui bahwa perundungan di dunia maya (cyberbullying) maupun ujaran kebencian (hate speech) masih sangat tinggi. Cara mengatasinya, hindari bermedsos dengan memulai konflik, berbagi foto pesta berlebihan, mengejek orang lain dan menyebut namanya. Termasuk juga menghindari merespon/mengunggah sesuatu dengan rasa emosi.

“Sebisa mungkin berdasarkan data dan fakta, jangan merespon/menyerang berdasar fisik atau perasaan,” kata Sahroni.

Terakhir, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi, Muhammad Mustafid, lebih menitikberatkan pada strategi mengikis ujaran kebencian, demi membela persatuan bangsa.

Strateginya, yakni memperkuat literasi digital di komunitas basis, mengembangkan kultur kesadaran kritis dalam bermedsos.

“Membangun jejaring gerakan anti-ujaran kebencian, memperbanyak produksi konten living traditions yang baik, bermanfaat, dan relevan. Dan transformasi nilai-nilai Pancasila dalam tata Kelola digital dan kontens digital,” kata Mustafid. (Kds)

Catatan:

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.